Lalu ada program Kampus Merdeka yang salah satunya bekerja sama dengan IBM Academy yang menawarkan kelas pembelajaran untuk Hybrid Cloud dan Artificial Intelligence (AI).
“Pemerintah sudah mengeluarkan super deduction tax, karena kami tidak bisa bergerak sendiri, melainkan perlu kerja sama dengan swasta,” ujar Menko Airlangga.
Akan tetapi, pusat pelatihan tersebut mempunyai kapasitas atau kuota yang terbatas, sedangkan kalau melalui Prakerja sudah bisa melatih jutaan secara daring. Hal itu sejalan untuk merespon tren kerja hybrid.
Lebih lanjut, terkait skill-first policies, yang menekankan bahwa pendidikan atau gelar itu penting, namun pengembangan skill adalah yang utama untuk dapat bekerja dengan baik di tempat kerja.
Menurut Menko Airlangga, Prakerja merupakan eksperimen yang berhasil menjawab tiga poin utama terkait kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan skill masa depan angkatan kerja Indonesia, yaitu skill-first policies, yang fokus pada keterampilan bukan gelar, kemudian mendukung cara kerja hybrid yang merupakan kombinasi work from office dan work from home, dan mengembangkan keterampilan kecerdasan buatan (AI).
Menko Airlangga menceritakan bahwa Prakerja sempat terhambat karena adanya pandemi COVID-19 sehingga programnya diubah menjadi semi-bansos.
Pada kesempatan yang sama, Guru Besar FEB UI Bambang Brodjonegoro menilai sebelum ada Prakerja, 90 persen angkatan kerja Indonesia tak pernah tersentu dengan pelatihan bersertifikat. Hal itu sebenarnya cukup mengganggu produktivitas dari pekerja Indonesia.