FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Pemadaman listrik bergilir setiap hari di Kota Makassar belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Pemadaman listrik di Makassar dan sekitarnya sudah terjadi sejak awal September. Dilakukan secara bergilir di wilayah tertentu dengan rata-rata 4 jam.
Anggota Komisi B DPRD Makassar, Azwar meminta pertanggungjawaban konkrit PLN serta mendesak perusahaan pelat merah itu memberi kompensasi kepada masyarakat yang terdampak.
"Mau sampai kapan ini mati lampu berakhir. Tidak ada solusi konkrit yang menunjukkan tanda-tanda mati lampu bergilir setiap hari akan berakhir. Setiap hari masih saja mati lampu. Semua disusahkan. PLN jangan diam aja," ketus Azwar, Kamis (23/11/2023).
Lebih lanjut Politisi PKS ini mewanti-wanti PLN jangan sampai kesedihan masyarakat Makassar karena listrik kerap padam berubah jadi kemarahan hingga berujung ricuh.
“Jangan sampai kesedihan masyarakat berubah jadi amarah,” kata Azwar.
Pasalnya, kata Azwar pemadaman sudah berlangsung cukup lama terjadi di Makassar. Mulai dari awal September hingga sekarang. Masyarakat cuma bisa pasrah, menerima dengan ikhlas keadaan yang kurang menyenangkan ini.
Pemadaman yang dilakukan bergilir itu pun tidak sebentar. Tiap hari bisa berlangsung mulai pukul 08.00 hingga 00.00, dengan durasi 4 jam di tiap wilayah yang telah dijadwalkan.
Dampaknya pun tak main-main. Mulai memicu kebakaran hingga jatuhnya korban jiwa, serta kerugian yang tidak sedikit dialami masyarakat hingga pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Keluhan masyarakat terkait kondisi ini tak terbendung lagi. Sri Mulia, warga Kelurahan Berua, Kecamatan Biringkanaya tak lagi bisa berkata-kata dengan pemadaman listrik ini.
Saking kesalnya dengan pemadaman, ia lalu mengibaratkan mati lampu dengan orang meninggal dunia.
"Saya punya bayi, rumah panas dan pengap, listrik mati. Lengkap penderitaan. Mati lampu ini seperti orang meninggal, nyawanya diambil Tuhan. Kita disuruh pasrah dan ikhlas. Kalau nyawa kan gratis, makanya kita diminta ikhlas. Lah kalau listrik ini kita bayar, terus kalau mati lampu kita disuruh ikhlas saja begitu?" Kesal Sri.
Perasaan serupa juga dialami Anton, warga Daya. Karena pemadaman yang kerap terjadi di malam hari, anak-anaknya harus belajar mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dengan penerangan lilin.
"Ini kita seperti kembali ke zaman batu. Listrik mati terus, tapi tetap bayar mahal tiap bulan," keluh Anton.
Hari ini, Kamis (23/11/2023), PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) mengumumkan pemadaman dikakukan di titik tertentu dengan durasi rata-rata empat jam. Mulai pukul 08.00 sampai 23.00 WITA.
PLN menyebut, pemadaman dilakukan karena kekeringan yang berdampak pada debit air. Sehingga berpengaruh pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
“Maka perlu dilaksanakan Manajemen Beban Listrik yang pada beberapa lokasi,” kata Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Sulselrabar Ahmad Amirul Syarif dikutip dalam keterangan resmi.
UP3 Makassar Utara yang terdampak ada dua Unit Layanan Pelanggan (ULP). Yaitu ULP Daya dan ULP Karebosi.
Begitu pula untuk UP3 Makassar Selatan. Ada ada dua ULP, yaitu ULP Mattoanging dan ULP Panakkukang. (*)