FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Resah atas kebijakan pemadaman listrik bergilir yang terus dilakukan PLN UID Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulserabar), puluhan massa dari aliansi mahasiswa dan masyarakat sipil di Makassar kembali menyeruduk kantor PLN Sulselrabar, di Jalan Hertasning, Kota Makassar, Kamis (30/11/2023).
Aksi unjuk rasa ini adalah yang ketiga kalinya digelar sejak Selasa 28 November.
Setelah sebelumnya Garis Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar membuat kobaran api, kali ini giliran Gerakan Aktivis Mahasiswa (GAM).
Mereka menduduki kantor PLN Sulselrabar dengan rasa kecewa sebab belum ada solusi yang diberikan terkait pemadaman listrik, sejak pukul 13.00 Wita.
Aksi unjuk rasa yang terjadi sempat membuat Jl Hertasning mengalami kemacetan yang cukup parah. Antrian kendaraan mulai mengular dari arah Jl Pettarani Makassar.
Sejumlah tuntutan dan aspirasi juga disuarakan dalam aksi ini, menyoroti masalah-masalah terkait pelayanan listrik di wilayah tersebut.
Aksi demonstrasi ini tidak terisolasi, mengingat pada hari-hari sebelumnya, mahasiswa juga telah menyuarakan kekecewaan serupa terkait masalah listrik yang terus berlanjut.
"Kami menuntut pihak PLN Sulselrabar memberikan kompensasi kepada masyarakat. Karena kebanyakan warga yang terdampak pemadaman listrik, namun pembayaran mereka malah naik," teriak orator dalam orasinya.
Para demonstran menegaskan, aksi ini bukan hanya sekadar protes, melainkan juga merupakan panggilan untuk mendapatkan solusi konkret dari pihak terkait.
Mereka berharap PLN dan instansi terkait dapat merespons dengan cepat untuk mengatasi permasalahan listrik yang telah berlangsung sejak September, sehingga masyarakat dapat merasakan solusi konkrit dalam waktu yang sesegera mungkin.
Sama seperti aksi sebelumnya, aksi unjuk rasa GAM kali ini juga mendapatkan respons positif dari warga Makassar, khususnya yang melintas dan masyarakat sekitar.
Banyak warga yang memberikan dukungan kepada para mahasiswa, mengakui bahwa mereka benar-benar mewakili keresahan yang dirasakan masyarakat luas.
Seperti salah seorang warga bernama Rezki, dia turut memberikan semangat kepada para mahasiswa yang melakukan demonstrasi.
"Gas anak muda, jangan kasih kendor, ini mi ini demo yang Sesungguhnya. Sehat-sehat kalian semua," seru Rezki.
Dia menyebut, jika aksi yang dilakukan mahasiswa jelas sasarannya, maka kemungkinan besar emak-emak pun ingin ikut turun ke jalan.
"Kalau demo begini biar ibu-ibu pasti mau tonji ikut demo," tukasnya.
Sementara itu, warga lainnya bernama Abdul Azis mempertanyakan inisiatif tanggungjawab PLN jika pemadaman listrik menjadi pemicu kerusakan peralatan elektronik masyarakat.
"Kalau banyak merusak peralatan elektronik masyarakat akibat seringnya pemadaman listrik, apa tanggung jawabnya PLN?," tandasnya.
Dia juga menyinggung soal pernyataan yang kerap diberikan pihak PLN belakangan ini. Masyarakat diminta untuk bersabar atas pemadaman listrik yang masih terjadi.
"Bukan ji apanya kodong, sering mati lampu tagihan listrik semakin membengkak, kalau mereka matikan lampu sering kita disuruh sabar, pas kita hanya lupa bayar, dikasih denda," timpalnya.
PLN Sulselrabar memohon maaf atas ketidaknyamanan masyarakat terhadap pemadaman listrik bergilir yang dilakukan setiap hari dengan durasi 4-6 jam sejak September 2023.
"Kami memohon maaf atas ketidaknyamanannya. Kami akan terus berupaya untuk menormalkan," tulis PLN Sulserabar di akun Instagram resminya, dikutip pada Kamis (30/11/2023).
Perusahaan pelat merah itu menyebut, debit air di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sudah berangsur naik seiring dengan turunnya hujan beberapa hari terakhir.
"Oleh karena itu perlahan kami bisa mengoperasikan PLTA secara lebih baik. Kami mohon doa agar ini semua dapat segera kembali pulih utamanya bagi PLTU kami yang saat ini masuk dalam pemeliharaan," jelasnya.
PLN beralasan pemadaman dilakukan karena kekeringan yang berdampak pada debit air. Sehingga berpengaruh pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
"PLN terpaksa melakukan manajemen beban akibat cuaca ekstrim, khususnya panas yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan kondisi debit air yang menjadi sumber utama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) turun drastis dan mengakibatkan berkurangnya pasokan listrik," jelas Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Sulselrabar, Ahmad Amirul Syarif. (Muhsin/fajar)