FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Aksi unjuk rasa yang dilakukan puluhan massa di depan Kantor PLN UID Sulselrabar, Jl Hertasning Makassar, berakhir ricuh, Rabu, 29 November. Massa terlibat aksi saling dorong dan kejar-kejaran dengan aparat kepolisian.
Pantauan FAJAR, unjuk rasa dilakukan puluhan massar dari kelompok mahasiswa dan masyarakat sipil berlangsung sejak pukul 14.00 Wita. Kemudian, setelah lebih dari dua jam, terjadi kericuhan saat massa mencoba menerobos pagar untuk masuk ke dalam Kantor PLN UID Sulselrabar.
Pihak kepolisian yang berjaga terpaksa melakukan tindakan tegas. Akibatnya, aksi kejar-kejaran antara aparat keamanan dengan massa tak terhindarkan.
Beruntung aksi saling kejar-kejaran itu tidak membuat situasi menjadi semakin memanas. Unjuk rasa kemudian baru berakhir sekitar pukul 17.15 Wita.
Aksi unjuk rasa yang terjadi sempat membuat Jl Hertasning mengalami kemacetan yang cukup parah. Antrean kendaraan mulai mengular dari arah Jl AP Pettarani.
Diketahui, massa melakukan aksi unjuk rasa lantaran PLN secara terus menerus melakukan pemadaman. Banyak kerugian dialami masyarakat karena tidak bisa mendapatkan listrik hingga lima jam dalam sehari.
Koordinator Aksi, Fahrul mengatakan, kedatangannya ke Kantor PLN yakni untuk menuntut kompensasi terkait pemadaman listrik bergilir. Perusahaan energi pelat merah harus bertanggung jawab.
"Kami menuntut pihak PLN Sulselrabar memberikan kompensasi kepada masyarakat. Karena banyak warga terdampak pemadaman listrik, namun pembayaran iuran listrik mereka malah naik," tegas Fahrul.
Sehari sebelumnya, aksi unjuk rasa juga dilakukan massa lainnya di lokasi yang sama. Tuntutan mereka juga sama, PLN harus memberikan kompensasi.
"Setengah mati kalau listrik mati. Tidak bisa pakai alat-alat seperti mesin pembuat kopi, Wi-fi, dan lain-lain," ujar Wahyudi, salah seorang pemilik warung kopi di Jl Antang Raya.
Sebelumnya, GM PLN UID Sulselrabar, Moch Andy Adchaminoerdin, menjelaskan bahwa dalam beberapa hari terakhir hujan memang telah turun. Namun, itu belum bisa sepenuhnya memulihkan pasokan bagi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Selain itu, teknologi modifikasi cuaca (TMC) juga masih terus dilakukan, khususnya di daerah tangkapan air di sekitar lokasi PLTA. Pasalnya, sistem kelistrikan Sulbagsel sangat bergantung pada sumber listrik dari PLTA, yaitu sebesar 33 persen dari total pasokan listrik. (maj/yuk)