FAJAR.CO.ID, MAKASSAR– Sulawesi Selatan bisa menjadi kekuatan untuk memenangkan Prabowo-Gibran di KTI. Kubu ini ditopang tokoh-tokoh berpengaruh.
Ada enam mantan kepala daerah di Sulsel masuk dalam tim kampanye daerah (TKD) Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming.
Di wilayah selatan Sulsel, TKD diperkuat mantan Bupati Bantaeng Azikin Solthan dan mantan Bupati Takalar Syamsari Kitta.
Sementara di utara Sulsel, TKD Prabowo diperkuat mantan Bupati Enrekang La Tinro La Tunrung dan mantan Wali Kota Parepare Taufan Pawe. Wilayah utara ini juga diperkuat jaringan politik mantan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang.
Kemudian wilayah Bone, TKD memiliki tokoh penting, yaitu mantan Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman.
Tak hanya Sudirman yang menopang Prabowo di Bone, di luar struktur TKD, ada mantan Bupati Bone Andi Fahsar M. Padjalangi yang juga tokoh penting Golkar.
Tokoh-tokoh tersebut punya jaringan politik mapan. Sudah ada basis massa yang bisa dimobilisasi untuk mendukung Prabowo-Gibran.
Sementara kubu Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) juga diperkuat mantan kepala daerah.
Sebut saja mantan Bupati Sidrap dua periode Rusdi Masse Mappasessu (RMS) dan mantan Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi. Selain itu, ada wakil ketua DPRD Sulsel Syaharuddin Alrif dan Ketua
DPRD Kota Makassar Rudianto Lallo.
Selanjutnya ada nama anggota DPD RI Tamsil Linrung, mantan Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal, ketua DPW PKB Sulsel Azhar Arsyad dan sejumlah tokoh lainnya.
Di barisan Ganjar-Mahfud juga tidak kalah bagus. Nama Wali Kota Makassar dua periode Moh Ramdhan Pomanto ada di sana.
Ditambah dua legislator Senayan Andi Ridwan WIttiri dan Amir Uskara. Termasuk juga Raja Gowa Andi Kumala Idjo.
Mereka semua akan menjadi bagian dalam perebutan suara di Pilpres. Keberadaan mereka tentu saja akan menjadi daya tarik dan pertimbangan tersendiri bagi calon pemilih untuk menentukan pilihan
pada 14 Februari mendatang.
Pakar politik Unhas Sawedi Muhammad juga menilai pengaruh tokoh Sulsel di kontestasi pilpres tetap ada. Akan tetapi, mengalami pergeseran secara signifikan karena beberapa faktor. Pertama, pusat pengaruh tidak lagi mengarah ke satu tokoh tunggal.
"Pengaruh tokoh tidak lagi berkiblat ke satu titik lingkaran," katanya.
Kedua, terjadi produksi elite secara berlebihan (elite overproduction). Muncul aktor-aktor baru yang memiliki pengaruh di bidangnya dengan latar yang variatif dengan cara tidak linear.
Tokoh-tokoh pemula yang populis; youtubers tiktokers dan penggiat medsos lainnya yang memiliki follower yang sangat setia. Mereka ini sangat berpotensi menggerus pengaruh tokoh-tokoh lama yang tradisional.
Ketiga, isu dan persoalan yang dihadapi masyarakat sangat kompleks dan berlapis. Diperlukan berbagai perspektif, kepakaran dan pengaruh politik dari semua tingkatan untuk mengubah tatanan ke arah yang lebih baik.
Keempat, tingkat kesadaran dan pendidikan politik masyarakat semakin rasional. Mereka sudah mulai menyadari betapa pentingnya memilih pemimpin yang berwawasan luas, berintegritas, dan berpengalaman.
"Berdasarkan justifikasi di atas, dapat diprediksi bahwa tidak ada kemenangan tunggal satu paslon di pilpres di Sulsel. Pemilih akan tersebar secara sentrifugal di berbagai titik," terang Sawedi.(*/fajar)