“GIS juga lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem seperti cuaca buruk, polusi, dan gempa bumi. Keandalannya tinggi karena isolasi gas tidak dipengaruhi oleh kelembaban atau polusi,” papar Raja.
Pembandingnya adalah gardu induk biasa yang menggunakan sistem AIS (Air Insulated Substation), yang menggunakan udara sebagai medium isolasi. Konduktor dan peralatan lainnya terpapar langsung ke udara sehingga AIS lebih rentan terhadap kondisi lingkungan ekstrem. Kinerja AIS dapat dipengaruhi oleh kelembaban, polusi, dan faktor lingkungan lainnya,” katanya.
GIS juga memerlukan pemeliharaan yang lebih sedikit. Karena isolasi gas tidak memerlukan perawatan rutin dan umumnya memiliki umur layanan yang lebih lama sementara AIS yang lebih banyak pemeliharaan karena komponen yang terpapar langsung ke udara dapat mengalami degradasi lebih cepat.
“GIS menjadi jawaban atas tugas yang diberikan kepada PLN dalam membangun sistem kelistrikan dengan konsep IKN yang mengedepankan listrik yang smart,” jelas Raja.
Saat ini sistem kelistrikan di wilayah Kalimantan Timur dalam Sistem Mahakam telah tersambung dengan Sistem Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Seluruhnya menghasilkan daya mampu sebesar 2.369 Mega Watt (MW). Daya tersebut surplus jauh di atas beban puncak yang saat ini masih 1.545 MW. (FAJAR/ANTARA)