Kurikulum Merdeka dan Tantangan Implementasi P5

  • Bagikan
Sejumlah guru dan siswa memperlihatkan hasil karya kerajinan mereka yang dipamerkan dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Lapangan Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (26/11/2023). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/tom.

Pertanyaan ini berkaitan dengan dua hal, yaitu kompetensi dan karakter untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan untuk menjadi manusia unggul dan produktif di Abad 21.

P5 memperhatikan faktor internal yang berkaitan dengan jati diri, ideologi, dan cita-cita bangsa Indonesia, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan konteks kehidupan dan tantangan bangsa Indonesia di abad ke-21 yang sedang menghadapi masa revolusi industri 4.0.

Walaupun implementasi P5 ini bukan sebuah kewajiban bagi semua Satuan Pendidikan di Indonesia, tetapi upaya-upaya penting untuk terus dilakukan untuk membangun kesadaran setiap satuan pendidikan agar menjadi sebuah kebutuhan untuk segera dipenuhi.

Tentu saja untuk mengimplementasikan P5 tentu bukan perkara mudah seperti membalik telapak tangan, namun juga bukan hal yang mustahil untuk direalisasikan.

Berikut ini adalah tantangan dalam mengimplementasikan P5. Pertama, keputusan tingkat tinggi. Pemimpin suatu satuan pendidikan mesti menyadari bahwa pemimpin itu adalah desisif, yakni terampil mengambil keputusan.

Apakah suatu satuan pendidikan itu akhirnya mengimplementasikan P5 ataupun tidak, berarti keputusan sudah diambil.

Ketika keputusan “menunda (karena belum siap) implementasi P5 di satuan pendidikannya (hingga siap)” dibandingkan dengan keputusan “mengimplementasikan P5 (dilakukan secara bertahap)”, sungguh keduanya adalah sama-sama sebuah keputusan.

Namun, kedua macam keputusan ini memiliki nilai yang berbeda. Keputusan pertama adalah keputusan tingkat rendah, sedangkan keputusan kedua adalah keputusan tingkat tinggi.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan