Kurikulum Merdeka dan Tantangan Implementasi P5

  • Bagikan
Sejumlah guru dan siswa memperlihatkan hasil karya kerajinan mereka yang dipamerkan dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Lapangan Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (26/11/2023). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/tom.

Ukuran diri sendiri umumnya menggunakan ukuran keuntungan diri sendiri. Apa untungnya, cari masalah, dan berbagai ekspresi individu lainnya.

Ketika guru dan pimpinan adalah orang-orang yang menyadari bahwa dirinya adalah panutan muridnya, maka pandangan individual itu diperluas dengan pandangan sosial (zoon politicon), susila (moral being), dan religius (manusia sebagai hamba), misalnya sebagai wujud syukur.

Dalam perspektif yang lain, sebagaimana dikemukakan oleh Maslow dalam bukunya yang terkenal, "toward a psychology of being", menyebutkan bahwa aktualiasisi diri merupakan kebutuhan manusia paling tinggi.

Tentu para guru dan pimpinan, mengingat mereka adalah teladan para murid, ketika memandang P5 ini sebagai peluang menebar kemanfaatan lewat perspektif manusia sebagai manusia sosial, susila, dan religius maupun lewat perspektif sebagai wujud aktualisasi diri, maka P5 bisa berharap diimplementasikan.

Sudut pandang atau perspektif itu sangat penting dalam segala hal, termasuk implementasi P5.

Sugiarso adalah Koordinator Papuan Bridge Program PT Freeport Indonesia, Mahasiswa Program Doktor Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan