FAJAR.CO.ID -- Usman bin Affan dikenal sebagai Khalifah ketiga dalam Islam. Sama seperti Khalifah sebelumnya, dia juga merupakan sosok yang penuh dengan keteladanan dan keutamaan.
Kehidupannya yang berlandaskan prinsip-prinsip Islam memberikan inspirasi bagi umat Muslim dalam berbagai aspek kehidupan.
Usman bin Affan lahir di Mekkah sekitar tahun 576 M.
Sebelum memeluk Islam, dia dikenal sebagai seorang pedagang kaya raya dan memiliki sikap dermawan yang tinggi.
Saat berusia 40 tahun, Usman menerima dakwah Rasulullah Muhammad SAW dan dengan cepat memeluk agama Islam.
Keimanan yang mendalam dan kecintaan pada Rasulullah mengubah hidupnya secara menyeluruh.
Usman terkenal dengan keberaniannya dalam membela Islam, terutama pada masa awal penyebaran agama ini.
Saat kaum muslimin diperangi di Mekkah, Usman tidak ragu untuk memberikan harta benda dan sumber daya finansialnya untuk mendukung perjuangan Islam.
Keberaniannya ini menjadi teladan bagi umat Muslim dalam mendukung nilai-nilai kebenaran meski dengan risiko yang tinggi.
Keistimewaan Usman tak hanya pada keberaniannya melainkan juga hubungannya yang sangat dekat dengan Rasulullah.
Usman juga merupakan menantu Rasulullah karena menikahi dua putri beliau, Ruqayyah dan kemudian setelah wafatnya Ruqayyah, Usman menikahi putri Rasulullah yang lain, Ummu Kultsum.
Kedekatannya dengan Rasulullah mencerminkan ketaatan dan ketulusan hati.
Usman bin Affan menjadi Khalifah setelah kepemimpinan Umar bin Khattab. Sebagai Khalifah, kebijaksanaannya terlihat dalam pengembangan infrastruktur, sosial, dan ekonomi.
Sebagai khalifah ketiga, Usman berkuasa pada 644 sampai 656 dan merupakan Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama.
Pada masa pemerintahannya, mushaf Al-Qur'an pertama kali disusun secara tertulis untuk memudahkan penyebaran ajaran Islam.
Keteladanan Usman juga tercermin dalam kebijakannya dalam menegakkan keadilan.
Dia memastikan pemerintahannya mengikuti prinsip-prinsip Islam yang adil dan merata.
Tindakan dan keputusannya selalu didasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan.
Keberanian dan keteladanan Usman mencapai puncaknya pada saat wafatnya.
Meskipun mendapat ancaman dari pemberontak (Khawarij), dia tetap menolak untuk menggunakan kekuatan militer yang besar untuk melawan mereka demi menghindari pertumpahan darah Muslim.
Wafat pada 35 H atau 656 M, pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzul Hijjah, dalam usia 80 tahun lebih, dibunuh oleh kaum Khawarij.
Usman bin Affan wafat sebagai syahid di tangan kaum Khawarij, menjadi bukti kesetiaan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan.
Peninggalan Usman bin Affan sebagai Khalifah dan Sahabat Rasulullah memberikan warisan spiritual dan moral yang abadi bagi umat Islam.
Kisah hidupnya menjadi bukti bahwa keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan dalam keimanan dapat membentuk sosok yang bermanfaat bagi umat dan masyarakat.
Umat Islam dapat mengambil pelajaran berharga dari perjalanan hidup Usman bin Affan dalam menghadapi cobaan, menegakkan kebenaran, dan mencintai Islam dengan tulus. (Muhsin/Fajar)