“Memutarbalikan fakta adalah hal yang biasa. Menjadikan ajaran agama sebagai candaan dan cemoohan dibenarkan selama itu mendatangkan manfaat dan menguntungkan,” tuturnya.
"Bahkan pernyataan Zulhas dapat ditafsirkan sebagai kultus individu terhadap Prabowo Subianto. Begitulah memang watak asli para pengkhianat dan penjilat di mana dengan mudah melakukan pelecehan, penghinaan dan segala bentuk distorsi demi mendapatkan keuntungaan sesaat,” tambahnya.
Terpisah, Ketua Umum DPP Jaringan Nasional Keumatan (JNK), Nanang Firdaus Masduki menilai Zulhas perlu meminta maaf ke umat Islam. "Yang terjadi dalam video yang diperankan oleh Zulhas itu harus dihentikan. Zulhas juga harus meminta maaf kepada umat Islam karena telah menodai sakralitas ibadah shalat," tegasnya.
Nanang juga mengimbau kepada semua tokoh tidak menarik-narik unsur agama menjadi komsumsi politik yang provokatif. Hal ini dilakukan agar tidak menyulut berkembangnya politik identitas.
"Jika politik identitas itu tersulut, maka bisa menimbulkan dampak sosial yang jauh lebih besar. Karena itu, DPP JNK mengimbau semua tokoh politik dapat berhati-hati dalam membuat pernyataan yang terkait dengan masalah agama agar stabilitas nasional tetap terjaga," tutur Nanang.
Sekadar informasi, Zulhas mengatakan ada kelompok yang dipengaruhi fanatisme terhadap salah satu pasangan capres-cawapres saat menjalankan salat tidak berani melafalkan ‘amin’ begitu imam selesai membaca surat Al Fatihah.
Selain itu, Zulhas juga menggambarkan sekelompok umat Islam yang saking fanatiknya terhadap Prabowo Subianto, tidak mau menjulurkan satu telunjuk jari saat tasyahud karena khawatir dikira mendukung paslon lain. Zulhas juga memeragakan dengan menjulurkan dua jari. (jpnn/fajar)