Heboh Perdebatan Kata Amin dan Tahiyat, Begini Penjelasan Ulama

  • Bagikan
Ketua Umum (Ketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan atau Zulhas saat konferensi pers usai acara Silaturahmi Ramadhan Bersama Presiden RI di Kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2023). (ANTARA/Fath Putra Mulya)

Lanjutnya, dalam salat juga sudah diatur, aturan-aturan kaki, menghadap ke kiblat, tidak boleh miring, antara timur dan barat. 

"Karena kiblat nabi itu Utara dan Selatan. Jadi, antara Timur dengan Barat. Saat duduk, sudah diatur kaki, saat tasyahud sudah diatur kaki," imbuhnya. 

Lebih jauh dituturkan KH Sudirman, begitu juga sudah diatur mengenai pandangan mata. Mata melihat ke mana ketika takbir, di mana ketika rukuk, membaca surah, sampai sujud dan tasyahud.

"Sudah diatur termasuk gerakan-gerakan tangan. Ketika kita tasyahud, sudah diatur di mana letak tangan, ada hadits mengatakan, antara paha dan lutut. Ada juga, pas di atas lutut," KH Sudirman menjelaskan. 

"Kemudian posisi tangan, sudah diatur, tentang tata cara tasyahud, itu nabi SAW melipat tangan kanan, dua jari paling ujung, kemudian jari berikutnya dilipat kemudian jari tengah bertemu ibu jari. Bentuk lingkaran," sambung dia. 

"Itu cara bertasyahud, kemudian angkat jari, itulah nomor satu. Tasyahud, jangan ditambah-tambah dan dikurangi. Rusak salat itu," katanya. 

Dia pun berpesan, jangan bermain-main soal agama hanya untuk kepentingan Politik. 

"Untuk kepentingan politik, jangan main-main," ucapnya. 

Menyinggung soal membaca "amin" setelah Al Fatihah, KH Sudirman menegaskan, dalam hadits Bukhori dan Muslim begitu juga pada banyak hadits menjelaskan, Rasulullah SAW sesudah mengatakan "ghairil maghdubi alaihim wa laaddhollin", maka diucapkan amin. 

"Ini bukan kepentingan politik atau soal rezekinya orang atau sependapat soal itu, kan tidak ada arah ke situ. Bukan tafsir-tasiran dan bukan mau diubah-ubah," terangnya. 

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan