FAJAR.CO.ID, MAKASSAR– Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan 6 persen. BI tak mengikuti The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya.
Acuannya, inflasi terus terjaga. Bank Sentral melihat tercapainya sasaran inflasi 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024 hingga 2025. Perkembangan nilai tukar juga diperkirakan menguat dan stabil. Jika dua hal itu terpenuhi, besar kemungkinan BI rate akan turun di semester II 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo, mengemukakan Fed Funds Rate (FFR) telah mencapai puncaknya. Perry memperkirakan kondisi itu masih akan bertahan tinggi dalam waktu yang lama alias high for longer. Kemungkinan penurunan FFR terjadi pada semester II tahun depan sebanyak 50 basis point (bps).
Meski demikian, pelaku pasar keuangan global ada yang memproyeksi penurunan FFR lebih awal di kuartal II 2024. Bahkan ada yang memprediksi penurunannya sebanyak 75 bps.
’’Tapi, kami selalu mendasarkan pada analisis fundamental dari Amerika Serikat (AS),” ujar lulusan Iowa State University itu.
BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi global 2023 sebesar 3 persen dan melambat menjadi 2,8 persen pada 2024.
Pertumbuhan ekonomi AS dan India tahun ini lebih baik dari prakiraan awal. Ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspansi pemerintah.
Sedangkan Tiongkok mengalami pelemahan seiring dengan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tumbuh terbatas.
Inflasi di negara maju, termasuk di AS, dalam kecenderungan menurun, tetapi tingkatnya masih di atas sasaran.
Kejelasan arah kebijakan moneter di negara maju tersebut mendorong mulai meredanya
ketidakpastian pasar keuangan global.