FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Dukungan Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla atau JK terhadap pasangan capres-cawapres urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIn) di Pilpres 2024, tampaknya menyita perhatian banyak tokoh politik nasional.
Selain mendapat respons dari Partai Golkar, dukungan JK terhadap pasangan AMIN juga mendapat komentar dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto.
Hasto yang merupakan Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengaku cukup memahami sikap JK mendukung pasangan AMIN. Dia menilai, JK memiliki hubungan kuat yang terbangun sejak lama dengan capres nomor urut satu Anies Baswedan.
Karena itu, Hasto tidak kaget ketika mantan ketua umum Golkar itu memutuskan mendukung Anies pada Pilpres 2024. Pernyataan Hasto itu disampaikan di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat, Jumat (22/12).
"Kalau Pak JK, kan, memang punya emotional bonding dengan Pak Anies. Ini sejak Pak Anies menjabat sebagai rektor di Universitas Paramadina. Kami memahami hubungan historis tersebut," kata Hasto menjawab awak media, dilansir dari jpnn, Jumat.
Yang pasti, Sekjen PDI Perjuangan itu mengaku punya satu kepentingan yang sama dengan JK meskipun berada di kubu berbeda pada Pilpres 2024.
"Kami punya kepentingan yang sama bagaimana pemilu ini bisa berjalan dengan demokratis tanpa intimidasi, tanpa penggunaan aparatur negara, sehingga netralitas dari seluruh penyelenggara pemilu, seluruh aparatur negara, politik tanpa intimidasi, itu yang menjadi concern bersama dengan Pak Jusuf Kalla," kata Hasto.
Sebelumnya, JK resmi menyatakan mendukung kandidat nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) pada Pilpres 2024. Toh, kata JK, Anies itu termasuk muridnya di dunia politik dan cepat belajar untuk menyelesaikan setiap problem.
"Saya mengerti bahwa Anies cepat mengerti persoalan dan memberi dasar pengetahuan untuk menyelesaikannya," kata dia di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (19/12).
JK mengatakan Indonesia membutuhkan sosok presiden yang memahami soal ekonomi. Terlebih lagi, kata dia, ekonomi dunia menjadi tidak terkendali menyusul konflik dan perang antarnegara, sehingga Indonesia membutuhkan pemimpin yang paham dasar-dasar ekonomi.
"Dunia lebih sulit lima tahun akan datang, ekonomi dunia sulit akibat perang di Gaza, Ukraina, belum lagi China dan Amerika yang saling bertentangan," ujar JK. (fajar)