FAJAR.CO.ID, SEMARANG – Pengamat politik Nusakom Pratama Institut, Ari Junaedi, menyebut penjemputan calon presiden (capres) Prabowo Subianto oleh Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana, sebagai hal memalukan. Nana sudah menunjukkan ketidaknetralan dan keberpihakannya.
Video Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Komjen Pol (Purn) Nana Sudjana turut menyambut kedatangan calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto, viral di berbagai platform media sosial (medsos). Nana Sudjana berdiri di antara para petinggi Partai Gerindra dan jajaran Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
Petinggi Gerindra dan jajaran tim pemenangan itu antara lain Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani; anggota Dewan Pembina, Andre Rosiade; Ketua Tim Pemenangan Daerah Jateng, Kukrit Surya Wicaksono, dan lainnya. Di antara mereka, Nana adalah orang yang pertama disalami Prabowo begitu turun dari pesawat.
Diketahui lokasi pengambilan video itu ada di Lanumad Ahmad Yani Semarang, Sabtu (9/12/2023). Ketika itu, Prabowo Subianto hendak menghadiri ulang tahun Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Stadion Jatidiri.
Nana Sudjana mengakui yang ada di dalam video itu adalah dirinya. Ia berkilah, datang menjemput Prabowo Subianto dalam kapasitas sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).
“Jadi memang saya, waktu itu kan pelaksananannya udah dua atau tiga minggu yang lalu. Kami memang jemput Pak Prabowo, kapasitas beliau adalah Menhan,” kata Nana seusai Gelar Pasukan Operasi Lilin Candi 2023 di Lapangan Pancasila, Simpanglima, Kota Semarang, Jumat (22/12/2023).
Menurut Nana, penjemputan semacam itu bagian protokoler ketika ada pejabat dari pusat yang datang. Baik itu menteri, kepala lembaga, Ketua MPR, Ketua DPR dan juga Presiden maupun Wakil Presiden.
“Kami dalam hal ini hanya sebatas menjemput, kami tidak pernah melakukan atau mengikuti kegiatan-kegiatan lanjutan. Memang di situ disampaikan (dinarasikan) mengikuti kampanye, bajunya juga seragam, baju saya waktu itu kan warna abu-abu, bukan warna biru dan hanya sebatas itu,” bebernya.
Pengamat komunikasi politik dari Nusakom Pratama Institut, Ari Junaedi, mengaku tidak heran dengan penjemputan Prabowo Subianto oleh Nana Sudjana. Kata Ari, Nana Sudjana sudah menunjukkan keberpihakannya.
Namun, ia tidak heran dengan hal ini. Sebab, menurutnya, itu sudah diskenariokan oleh Presiden Joko 'Jokowi' Widodo, di mana anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, merupakan cawapres Prabowo.
"Sebagai penjabat gubernur yang harus netral dan independen, kedatangan Nana Sudjana tidak bisa dibenarkan. Ini membuat miris dengan ketidakprofesionalannya," ujarnya.
Menurut Ari, Nana seharusnya bisa mendahulukan kepentingan publik ketimbang kepentingan sempit dalam dukung mendukung Capres. Ari menegaskan, Nana Sudjana digaji dan menikmati fasiliats sebagai Pj Gubernur Jateng dari uang rakyat.
"Dia lupa, yang mengangkat dirinya bukan semata karena Jokowi, dirinya bisa menikmati fasilitas negara karena uang rakyat. Bukan uang dari Jokowi atau Prabowo," sergah Ari Junaedi
Dalam amatan pengajar program pascasarna di berbagai universitas ini, cara-cara Nana sudah terpolakan dan mirip dengan cara-cara penjabat gubernur yang lain seperti di Jakarta, Bali, Jawa Barat dan lain-lain yang begitu 'wellcome' dengan Paslon Prabowo-Gibran. Namun, urang akomodatif dengan paslon lain.
"Membantah dengan cara apapun, publik tidak bisa dibohongi mengingat kekuatan media sosial begitu ampuh memblejeti kelakuan pejabat. Bawaslu sebaiknya jangan diam membisu. Bawaslu harus profesional dan berani memberi teguran bahkan merekomendasikan sanksi," tegasnya. (*)