Peran Remaja dan Stunting dalam Wacana Pilpres

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Stunting telah menjadi isu kesehatan yang mendapat perhatian serius di Indonesia, bahkan menjadi salah satu topik perbincangan penting seiring perjalanan menuju Pilpres 2024.

Fenomena stunting, yang merujuk pada pertumbuhan anak yang terhambat akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang, menimbulkan dampak serius terhadap potensi generasi muda.

Stunting tidak hanya merugikan secara fisik, tetapi juga memiliki implikasi serius terhadap perkembangan otak dan kecerdasan anak.

Stunting erat kaitannya dengan kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu memberikan gizi yang cukup kepada anak-anak mereka.

Dokter spesialis gizi klinik, dr Aryanty R Bamahry, mengatakan, penelitian mengenai anak-anak stunting sejatinya sudah ada. Dan, hasilnya memang, tingkat kecerdasannya di bawah rata-rata.

"Memang salah satu komplikasi kalau anak-anak stunting itu penelitiannya sudah ada, tingkat kecerdasannya di bawah rata-rata, lebih rendah," ujar Aryanty kepada fajar.co.id, Sabtu (23/12/2023) malam.

Lanjut Direktur Pelayanan medic RS Ibnu Sina itu, jika bercerita tentang stunting, itu merupakan permasalahan yang kompleks.

"Karena stunting itu memang sebenarnya kompleks masalahnya. Karena stunting itu bukan di hilir saja, bukan anaknya stunting baru kita mau obati. Tidak," ungkapnya.

Dibeberkan Aryanty, membangun manusia itu sejak hamil. Bahkan kata dia, berdasarkan penelitian, bukan saat hamilnya, melainkan masa remaja.

"Perempuan itu yang harus kita perbaiki gizinya. Karena kalau dia anemia, remaja putri kan sudah mulai haid, kalau ini tidak dibarengi dengan baik untuk mencegah anemia akibat haid, karena makanannya bukan yang bergizi, yang banyak mengandung zat besi, protein, itu nanti ketika dia hamil, dampaknya bisa menyebabkan anak-anak stunting," Aryanty menuturkan.

"Risikonya ke situ, demikian juga ibu hamilnya biar gizinya baik, tapi ketika hamil asupannya tidak baik karena mungkin dia muntah apalah segala macam, itu juga bisa beresiko stunting," sambung dia.

Bayi yang dilahirkan sampai usia dua tahun, kata Aryanty, masih berisiko terkena stunting jika kebutuhan gizinya tidak terpenuhi.

"Kenapa batasnya sampai dua tahun, karena perkembangan otak itu sampai golden periodenya, ada yang mengatakan sampai tiga tahun, tapi dari perhimpunan mengatakan sampai dua tahun," bebernya.

Dikatakan Aryanty, masa perkembangan otak anak dimulai dari usia satu hingga dua tahun.

Dia pun menarik sebuah contoh, ibaratnya sebuah bangunan rumah, jika kabelnya sedikit, maka lampunya juga akan sedikit. Dalam artian, rumah tersebut tidak cerah dari segi pencahayaan.

"Sama dengan kabel, kalau ada rumah kabelnya sudah sedikit, berarti lampunya sedikit, kan redup. Kalau dia kabelnya banyak, kan bagus, terang," imbuhnya.

"Karena sel-sel saraf itu semakin banyak kabel-kabel atau sambungan-smahungannya, semakin tingkat penangkapannya, intelegensinya semakin bagus," lanjutnya.

Sebagai seorang ahli gizi, Aryanty mengimbau agar masalah pencegahan stunting bukan hanya di satu titik, tetapi mulai dari hulu sampai ke hilir.

"Hulunya, perbaiki generasi bangsa, remaja anak putri terutama. Makanya itu sekarang saya lihat, ada remaja putri sekolah SMP itu malah sudah diintervensi pemberian zat besi di sekolah," Aryanty melanjutkan.

Khusus ibu hamil, kata dia, saat merencanakan kehamilan, harus mempersiapkan gizinya. Agar bibitnya bagus begitupun dengan sel telurnya.

"Jadi pada saat kehamilan, perbaiki gizinya. Kalaupun dia ngidam, muntah-muntah tidak boleh menyerah. Justru harus konsultasi ke dokter, perbaiki bagaimana asupan makanan ketika ngidam," terangnya.

Adapun ketika melahirkan, lanjut Aryanty, anak harus menyusui ASI eksklusif. Penting juga memperhatikan makanan pendamping ASI.

"Sampai dia melahirkan, anaknya menyusui, harus ASI, ASI eksklusif sampai enam bulan, pemberian makanan pendamping ASI, memperhatikan kebutuhan zat gizi pada bayi sampai dia dua tahun. Itu untuk mencegah stunting. Batas pembentukan otak itu sampai dua tahun," kuncinya.

Sebelumnya, dalam video yang beredar, Hashim yang merupakan adik Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto blak-blakan mengenai stunting.

"Anak-anak yang stunting, waktu itu 2006, 30 persen dari anak-anak," Hashim memulai ceritanya dalam video itu.

Hashim menjelaskan, 30 persen itu nantinya akan menjadi manusia dewasa beberapa tahun kedepan. Namun dengan tingkat IQ 70.

"Mereka hidup nanti jadi orang dewasa, dengan tingkat kecerdasan IQ 70," bebernya.

Tambah Hashim, IQ dengan angka 70 merupakan IQ yang setara dengan kera. Karena kera berada pada angka 60-65.

"70 adalah tingkat kera, kera itu 60-65, gorila, orang utan itu 60-an," ucapnya.

Terpisah, Sekretaris DPD Gerindra Sulsel Darmawangsyah Muin yang dikonfirmasi mengenai video yang beredar itu mengaku belum bisa berkomentar.

"Saya belum lihat videonya, yang giring opini, jadi saya belum bisa beri komentar," singkatnya saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp. (Muhsin/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan