FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad AS Hikam dalam bukunya Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita Durku, Gus Dur Kita mengisahkan pelajaran tersulit dari Gus Dur dalam menjalani kehidupan.
Pelajaran tersebut ialah berteman dengan pihak yang tidak sependapat atau bahkan pihak yang memusuhi.
Dalam buku tersebut, dikisahkan Gus Dur mampu melakukan hal itu.
Gus Dur tidak hanya mempraktikkan, tetapi juga sudah sampai pada level “mencintai musuh”. Meskipun Gus Dur pribadi tidak pernah mempunyai musuh, kecuali orang-orang yang memusuhinya.
“Saya di dunia ini, pemimpin di Indonesia ya, yang pantes jadi musuh saya itu cuma satu, yaitu Pak Harto. Tapi itu pun juga saya masih ke sana, masih jadi teman baik saya. Artinya saya tidak punya musuh dong di Indonesia,” tutur Gus Dur dalam sebuah kesempatan talkshow, dikutip dari laman X NU Online, Rabu (27/12/2023).
Level “mencintai musuh” tidak hanya kerja keras pribadi, tetapi punya dampak atau mengundang reaksi hebat dari yang lain.
Bahkan bisa jadi gara-gara melaksanakan kata-kata tersebut secara konsisten, seseorang bisa minimal dicurigai dan maksimal dimusuhi oleh seantero negeri.
"Namun, “cintailah musuhmu” bagi Gus Dur merupakan diplomasi kultural paling ampuh untuk memunculkan jalan keluar dari persoalan yang dinilai sangat sulit oleh sebagian orang. Ini memang tidak mudah, tetapi tidak ada sesuatu yang sulit bagi Gus Dur," urainya.
Prinsip mencintai inilah yang kemudian menjadikan Gus Dur dicintai oleh siapapun. Cinta kepada Gus Dur terlihat ketika Guru Bangsa ini meninggal dunia pada 30 Desember 2009.