FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Analis Politik dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Prianto, mengungkapkan pandangannya terkait situasi politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Menurutnya, hasil survei yang beredar mencerminkan realitas yang sebenarnya. Ia berpendapat, PPP merupakan partai yang sangat rentan dan menghadapi kesulitan untuk menembus tingkat popularitas yang signifikan.
Sebagian besar survei politik menunjukkan adanya prediksi tren pelemahan dukungan terhadap PPP dalam Pemilu 2024.
Pasca-Munas dan Munaslub, PPP belum mampu bangkit dan bahkan semakin kehilangan basis tradisionalnya yang kini dikuasai oleh partai lain.
Ia melihat bahwa PPP seperti terjebak dalam masa lalu, di mana partai ini dahulu menjadi satu-satunya kanal aspirasi politik umat Islam pada era Orde Baru.
Namun, sejak dominasi kubu nasionalis pada Pemilu pasca reformasi, terjadi pergeseran perilaku pemilih yang merugikan PPP.
Partai ini juga dianggap sulit berharap pada efek ekor dukungannya dalam Pilpres 2024. PPP bukanlah partai penentu dalam dukungan Pilpres dan hanya menjadi pelengkap formasi pasangan Ganjar-Mahfud.
Selain itu, harapan PPP untuk bertahan di parlemen nampaknya bergantung pada kemampuan bertarung para figur calon legislatifnya.
"Pada mekanisme popular vote yang berbiaya mahal. PPP tidak bisa lagi mengidentifikasi diri pada pemilih di basis Islam politik, semakin berdiaspora dukungannya," kata Luhur.
Dieketahui, dalam survei terbaru Indikator Politik Indonesia misalnya, yang menempatkan PPP di urutan kedelapan dengan elektabilitas 2,8 persen. Padahal jika dihitung, Pemilu 2024 tersisa dua bulan lebih lagi.