FAJAR.CO.ID, MAKASSAR--Analis politik Unhas A Ali Armunanto membeberkan situasi politik Indonesia menjelang pelaksanaan Pemilu 2024. Dia mengatakan yang bisa membuat kondisi memanas adalah ketika polarisasi makin kuat. Belakangan kondisi ini dinilai mulai memanas, khususnya di medsos.
Sudah mulai terpolarisasi antara paslon nomor urut 1 dan 2. Di sisi lain, polarisasi yang makin ke sini, kekuatan Ganjar perlahan melemah dan polarisasi itu menguat ke paslon 1 dan 2.
"Di situlah kemudian situasi mulai memanas. Kita lihat per hari ini, konten-konten yang saling menyudutkan di medsos itu semakin menguat juga," kata Ali.
Polarisasi aktor juga makin menguat. Termasuk sindiran-sindiran dan munculnya istilah-istilah seperti "samsul" yang dilekatkan kepada cawapres Gibran Rakabuming Raka yang merupakan singkatan asam sulfat. Hal ini digali terus sampai muncul istilah "samsul" dan Gibran diasosiakan sebagai orang yang sok tahu.
"Kemudian istilah yang kemarin memenangkan Gibran di debat justru digunakan untuk menyerang Gibran balik dengan istilah SGIE itu," katanya.
Akan tetapi, memanasnya situasi seperti ini hanya kepada pertarungan wacana saja. Tidak seperti lima tahun lalu (Pemilu 2019) yang polarisasinya mengarah ke politik indentitas. Saat ini tidak ada penguatan terhadap politik identitas, tetapi lebih saling menyerang saja.
Apakah berdampak ketidakstabilan ekonomi? Menurut Ali tidak akan terlalu mengganggu, kecuali memang ada upaya-upaya terstruktur yang dilakukan oleh pelaku ekonomi untuk mempengaruhi proses politik.