FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Inflasi di Sulawesi Selatan (Sulsel) tetap terkendali meskipun menghadapi momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Pemerintah Provinsi Sulsel terus berupaya menjaga stabilitas inflasi dengan empat program utama, yaitu menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi efektif antar stakeholder terkait.
"Kita tetap pada empat program utama, yakni bagaimana menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, maupun komunikasi yang efektif," kata Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Andi Muhammad Arsjad, usai mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri RI, Muhammad Tito Karnavian secara virtual di Toraja Room, Kantor Gubernur Sulsel, Senin 8 Januari 2024.
Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Andi Muhammad Arsjad, menyampaikan bahwa inflasi Sulsel pada Desember 2023 sebesar 2,81%, sedikit meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,79%, namun masih sesuai dengan target 3 ± 1%.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh momen Natal dan Tahun Baru, di mana permintaan masyarakat terhadap bahan pokok, termasuk angkutan udara, meningkat.
Arsjad menjelaskan bahwa harga cabai mengalami kenaikan karena pasokan terbatas, belum memasuki musim panen, dan produksi cabai mengalami penurunan akibat el nino.
Pemerintah Provinsi Sulsel mendorong gerakan menanam cabai di halaman rumah sebagai upaya penanggulangan.
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) fokus pada upaya menjaga inflasi melalui implementasi Mini Distribution Center (MDC) di pasar, terutama di Kota Makassar, sebagai salah satu barometer dari 5 sampling Indeks Harga Konsumen (IHK).
