FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Load factor atau presentase muat penumpang Teman Bus di Koridor 3 dan Koridor 4 sangat rendah. Bus seolah menjadi moda transportasi pilihan terakhir.
Padahal, kegunaannya sangat banyak. Terutama untuk mengurangi kepadatan jalan. Hanya saja, butuh peran Pemkot Makassar untuk mendorong integrasi moda Teman Bus dengan angkutan pete-pete yang banyak terparkir di terminal-terminal milik Pemkot.
Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Sulsel, Bahar Latif mengatakan, sejatinya peluncuran Teman Bus Trans Mamminasata sejak akhir 2021 itu sifatnya stimulan. Namun load factornya sangat rendah hanya di angka 12-38 persen saja.
"Ada beberapa upaya yang sudah kami lakukan untuk meningkatkan load factor. Kita lalukan rapat koordinasi, FGD itu sebanyak tiga kali, dan melibatkan seluruh stakeholder, akademisi, dan anggota Komisi V DPR. Namun karena load factor yang belum mencapai selama hampir dua tahun, makanya ditarik dua koridor itu," ujarnya, Minggu, 7 Januari.
Karena load factor yang tidak terpenuhi, maka 34 bus tersebut informasinya bakal difungsikan di wilayah IKN, tepatnya di Balikpapan. Kata Bahar, di sana Teman Bus berdasarkan potensi load factor bakal lebih dibutuhkan.
Oleh karena itu, 34 unit Teman Bus tersebut dapat dipastikan sudah tidak bisa lagi dikembalikan ke Sulsel meskipun ada subsidi selanjutnya. Sehingga yang tersisa 53 unit saja.
"Untuk operasi di Balikpapan kita masih menunggu informasi lebih lanjut. Karena mungkin ada kesiapan-kesiapan yang perlu dilakukan," tambahnya.
Soal pramudi yang dibebastugaskan karena pemberhentian operasional dua koridor, masih menunggu kebijakan dari Kemenhub. Apakah akan diberdayakan di tempat lain, atau mencari pramudi baru.
"Itu yang kita nanti nunggu bagaimana kebijakan-kebijakan selanjutnya. Apakah nanti ada dari Makassar mau ke sana (IKN), atau bagaimana. Itu kita masih menunggu," tandasnya.
Load factor juga sangat dipengaruhi keterlibatan pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Pemkot Makassar dalam pengintegrasian modanya. Begitu pula penyediaan infrastruktur dan pengaturan trayek sebab wilayah penataannya berada di Makassar (Mamminasata).
Pengamat Transportasi UINAM, Nur Syam AS menjelaskan, selama ini trayek Teman Bus Trans Mamminasata (BTS) justru melayani penumpang di pinggiran kota, bukan di ruas protokol. Akibatnya, jumlah penumpang karena daerah yang dilalui bangkitannya juga kecil.
Selain itu, trayek yang ada justru menempatkan BTS sebagai feeder dan pete-pete melayani penumpang di ruas utama. Seharusnya, BTS menjadi angkutan pilihan utama dengan pete-pete sebagai feedernya.
Pria yang akrab disapa Ancu ini menjelaskan, dibutuhkan adanya masterplan sistem pelayanan angkutan penumpang yang melingkupi semua jenis angkutan penumpang. Sehingga dapat dilakukan secara hirarki melalui jenjang angkutan utama, feeder, hingga pada pelayanan skala lingkungan.
"Dibutuhkan melibatkan semua unsur yang terkait seperti organda, komunitas jenis angkutan tertentu dan lainnya, serta pemerintah daerah dalam kawasan Mamminasata. Karena pelayanan BTS dengan jangkauan yang luas lintas kabupaten/kota," ulas Dosen PWK UINAM ini.
Selanjutnya, perlu terintegrasi dan terpadunya fasilitas-fasilitas pendukung maupun penunjang atas penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan seperti trotoar, halte, tempat pemberhentian pada lokasi yang ideal. Mengembangkan sistem trayek yang memungkinkan terjadinya irisan beberapa trayek sehingga ke depannya dapat dikembangkan dengan sistem one tricet one way.
"Perlunya ada pembatasan jumlah dan jenis kendaraan angkutan penumpang, termasuk usia kendaraan yang layak untuk dioperasionalkan. Peningkatan SDM yang terlibat secara langsung dalam operasional pelayanan angkutan penumpang untuk meminimalisasi potensi terjadinya tindak kriminal maupun pelecehan yang dapat melibatkan operator kendaraan sebagaimana yang pernah terjadi," pungkasnya.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sulsel Zainal Abidin mengaku, berhentinya Koridor 3 dan Koridor 4 tidak berpengaruh banyak terhadap angkutan pete-pete. Dari evaluasi selama ini, masyarakat sekitar koridor tersebut memang masih banyak menggunakan pete-pete.
"Cenderung masyarakat di Koridor 3 dan Koridor 4 menggunakan pete-pete atau kendaraan lain dibandingkan Teman Bus," sebut dia.
Hal ini sebenarnya sudah didiskusikan bersama beberapa stakeholder terkait. Zainal sudah mengusulkan adanya integrasi moda transportasi antara Teman Bus dan pete-pete. Tujuannya, agar kedua angkutan transportasi umum ini bisa beroperasi berdampingan.
"Kita mau sebenarnya ada kolaborasi antara pete-pete yang ada di jalur tersebut dengan Teman Bus, tapi tidak jalan maksimal. Cenderung banyak gunakan pete-pete dan ojek lain-lain," pungkasnya. (uca/yuk)