FAJAR.CO.ID -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengecam Amerika Serikat (AS) karena mengirimkan sinyal yang mendukung kemerdekaan Taiwan.
Pernyataan ini muncul setelah pertemuan antara Ketua DPR AS Mike Johnson dan Duta Besar "de facto" Taiwan untuk AS Alexander Yui.
"AS perlu menghentikan kontak resmi dengan Taiwan, berhenti mengirimkan sinyal yang salah kepada kelompok pendukung 'kemerdekaan Taiwan' dan menahan diri dari campur tangan dalam pemilu di wilayah Taiwan dalam bentuk apa pun," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, Rabu, (1/10/2024)
Mao Ning menekankan bahwa Taiwan adalah bagian integral dari China, dan AS harus menghentikan kontak resmi serta sinyal yang salah terkait kemerdekaan Taiwan.
Mao Ning memperingatkan AS untuk mematuhi prinsip "satu China" dan ketentuan tiga komunike bersama China-AS.
Dia menegaskan bahwa upaya Partai Progresif Demokratik (DPP) Taiwan untuk meminta dukungan AS dalam kemerdekaan Taiwan tidak akan berhasil.
Pertemuan antara Mike Johnson dan Alexander Yui menunjukkan bahwa AS mengakui hubungan "kuat" dengan Taiwan, dengan penekanan pada hubungan militer demi kepentingan global.
Meskipun AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, mereka tetap menjadi pendukung dan pemasok senjata terpenting bagi pulau tersebut.
Taiwan bersiap untuk pemilihan presiden pada Januari 2024, dengan empat calon yang bersaing. Pemimpin Taiwan saat ini, Tsai Ing-wen, dari DPP, telah mengadopsi sikap keras menentang Beijing dan prinsip "Satu China," yang memanasakan hubungan di Selat Taiwan.
Meskipun demikian, pada November 2023, Presiden China Xi Jinping bertemu dengan Joe Biden di AS dalam upaya untuk meredakan ketegangan. (ant)