Kekalahan Bone dan Mundurnya La Madaremmeng, Gowa Dibantu Wajo dan Soppeng Menyerang di Pasempe

  • Bagikan
ILUSTRASI

FAJAR.CO.ID — Sistem pemerintah yang diterapkan oleh Raja Bone XIII, La Madaremmeng, membuatnya dipaksa mundur dari jabatannya.

Apalagi, ibunya sendiri, Datu Pattiro We Tenrisoloreng menentang anaknya yang terlalu keras dalam menerapkan ajaran Islam.

Sejarawan Leonard Y Andaya menyebut Datu Pattiro dan banyak bangsawan Bone lainnya akhirnya meninggalkan Bone untuk mencari bantuan ke Gowa.

Gengsi Gowa sebagai kerajaan yang membawa Islam ke kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, kecuali Luwu, dan kedudukan tak tertandingi sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi Selatan membuatnya memang pantas dijadikan pelindung.

Awalnya, para penguasa Gowa hanya mengikuti perkembangan ini secara sepintas lalu, namun perhatian mereka berubah ketika La Madaremmeng berusaha menyebarkan aliran Islamnya dengan memaksa Wajo, Soppeng, Massepe, Sawitto, dan Bacukiki.

Ini bukan lagi urusan keagamaan belaka namun juga menyangkut hegemoni politik yang akhirnya mengundang Goa untuk bertindak.

Salah satu kronik utama Wajo dengan terang mengungkapkan motivasi non-religius serangan La Madaremmeng ke Wajo. Menurut sumber ini, La Madaremmeng terlebih dahulu menuduh orang-orang Peneki di Wajo telah melakukan banyak kesalahan terhadap Bone sebelum kemudian membakar dan menjarah Peneki dengan izin Arung Matoa Wajo.

Namun, Arung Matoa mengeluhkan bahwa dia hanya mengizinkan penghukuman bukan penjarahan dan meminta seluruh barang yang dijarah dari Peneki dikembalikan. Alasan pembenaran La Madaremeng adalah bahwa yang diambil itu hanya barang dari mereka yang mengangkat senjata melawan dia dan Arung Matoa. Arung Matoa menolak alasan ini dan perang pun pecah antara Wajo dan Bone (L3:281-2).

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan