FAJAR.CO.ID -- Kisah paus Whalien 52 mengajarkan pentingnya mendapatkan teman yang sefrekuensi. Paus Whalien 52 disebut sebagai paus paling kesepian di dunia.
Paus merupakan mamalia terbesar di muka bumi. Hewan ini hidup berkelompok dan berkomunikasi dengan kawanannya melalui suara yang sering kita sebut "nyanyian".
Umumnya, paus memiliki suara atau nyanyian dengan sistem sonar berkisar 12–25 hertz. Namun, paus Whale 52 atau Whalien 52 ini memiliki suara atau sistem sonar untuk berkomunikasi di frekuensi 52 hertz.
Kondisi ini yang membuat suara Whalien 52 tak dapat didengar oleh paus lainnya, karena suaranya tidak satu frekuensi.
Perbedaan sistem sonar ini pula yang membuat Whalien 52 tidak dapat menemukan pasangannya saat musim kawin.
Secara logika, bukannya makin tinggi angkanya, semakin terdengar jelas, ya?
Ternyata konsepnya tidak seperti itu. Justru, semakin tinggi frekuensinya, paus lain semakin tidak bisa mendengarnya.
Keberadaan paus Whalien 52 terdeteksi saat peneliti Dr. William Watkins dan timnya dari Oceanographic Institution Woods Hole melakukan penelitian pada tahun 1989.
Dr. William Watkins meneliti tentang frekuensi nyanyian khas paus jantan selama musim kawin di Samudra Pasifik.
Namun, saat melakukan penelitian, ada sesuatu yang janggal tertangkap oleh Radio Sonar yang digunakannya.
Radio Sonar Dr. William Watkins dalam penelitiannya menangkap frekuensi paus jantan yang berbeda dengan paus lainnya.
Sistem sonar paus tersebut berada di frekuensi 52 hertz, sedangkan "nyanyian" paus lainnya berada di kisaran frekuensi 12-25 hertz.