Pemkot Makassar Minta Warga Waspadai Lima Bencana Ini di Tengah Cuaca Ekstrem

  • Bagikan
Grafis ancaman bencana di Makassar

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Cuaca ekstrem diprediksi sudah memasuki puncak. Pemkot mengimbau kepada masyarakat, untuk waspada dan sigap menghadapi segala kemungkinan.

Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto berpesan, semua pihak harus senantiasa siap dalam menghadapi berbagai potensi bencana yang bisa saja datang secara tiba-tiba.

Pemkot juga sudah mengeluarkan peringatan terhadap bencana banjir, angin kencang, pohon tumbang, petir dan guntur, juga bahaya arus listrik.

"Saya kira, kita perlu mempersiapkan antisipasi banjir, genangan dan angin ribut. Angin kencang itu kan banyak konsekuensinya, ada listrik, pohon, atap terbang dan lain-lainnya," ujarnya, Minggu, 14 Januari.

Dalam menghadapi ancaman bencana akibat cuaca ekstrem yang sedang terjadi, pria yang akrab disapa Danny ini sudah menyiapkan kelengkapan sarana penanganan. Tujuannya, agar tindakan yang dilakukan bisa semakin cepat dan tepat.

Danny menegaskan, seluruh SKPD yang ada di bawah koordinasi BPBD dan sudah punya monitoring yang jelas, agar semuanya bisa lebih dimaksimalkan lagi.

"Harus diupdate monitoringnya, jaga dengan baik. Secara prosedur juga kan ada tingkatan bencana. Mulai dari waspada, siaga, dan sebagainya. Kami akan bikin prosedur yang lebih rinci lagi. Misalnya, siaga satu komposisinya begini, siaga dua seperti ini dan seterusnya, agar otomatis, cepat dan lebih bagus," lanjut bapak tiga anak ini.

Wali kota dua periode itu menambahkan, kelengkapan infrastruktur dipersiapkan karena pihaknya sudah belajar dari beberapa bencana yang pernah terjadi. Sehingga, masyarakat juga diminta proaktif untuk meminimalisasi terjadinya dampak buruk dari cuaca ekstrem.

"Kita punya pengalaman dengan dua bencana yang kita alami. Pertama banjir, genangan dan angin kencang. Kedua, bencana kekeringan yang baru saja kita lewati. Tentu kita harus banyak belajar dari hal itu," ungkap Ketua IKA Unhas Wilayah Sulsel ini.

Danny memastikan infrastruktur itu juga sudah rinci sampai ke daerah kepulauan. Termasuk antisipasi dan tindakan penyelamatan jika terjadi korban tenggelam akibat gelombang tinggi laut.

"Infrastruktur di laut, terutama di pulau itu sudah jelas. Saya sudah beli jet sky untuk BPBD, untuk pariwisata, untuk BKO penyelamatan. Karena biasanya banyak orang tenggelam di laut. Kemudian kami punya kapal cepat, perahu karet juga kita perbanyak, semua infrastruktur kami maksimalkan," tegas suami Indira Jusuf ini.

Kepala Pelaksana BPBD Makassar, A Hendra Hakamuddin memaparkan sejumlah titik rawan banjir di Makassar. Khususnya yang ada di empat kecamatan.

"Ada di Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Manggala, Kecamatan Tamalate, dan Kecamatan Panakkukang," ungkapnya.

Prakirawan BBMKG Wilayah IV Makassar, Rizky Yuda menegaskan, cuaca ekstrem susah masuk puncak pada Januari ini. Khususnya untuk kawasan Sulsel bagian barat seperti Parepare, Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Gowa, dan Takalar.

"Puncak musim hujan khususnya Sulsel wilayah barat, kami prediksi terjadi bulan ini. Kami lihat mulai 11 Januari sampai beberapa hari ke depan, akan ada peningkatan curah hujan sedang sampai lebat," paparnya.

Kondisi ini disebutnya akan memicu potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir yang cukup besar. Sehingga, Rizky berharap, masyarakat sudah sigap untuk menghadapi cuaca ekstrem. Misalnya mengamankan barang-barang dari perkiraan jangkauan air.

"Hujan ini juga kan berpotensi diiringi kilat dan petir, maka kami imbau orang tua untuk memperhatikan anak-anaknya. Juga untuk potensi arus air yang deras di drainase, kanal atau sungai. Angin kencang juga perlu diwaspadai," pesannya.

Siapkan Jalur Evakuasi

Peneliti Bencana Sulsel, Prof Adi Maulana meminta semua pihak harus waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

Kontur daerah dan penataan yang tidak dirancang dengan baik bisa menjadi penyebabnya. Sehingga yang dibutuhkan adalah bagaimana meminimalisasi dampak dan kerusakan yang terjadi.

"Mitigasi cara meminimalisasi dampak dan jalur evakuasi. Sebab sejak awal penataan pemukiman, jalan, dan kantong-kantong air tidak ditata dengan baik," kata Adi, Minggu, 14 Januari.

Guru Besar Fakultas Teknik Unhas ini menjelaskan, titik krusial bencana terletak pada sebelum terjadinya bencana. Pemerintah harus menyiapkan diri. Mulai jalur evakuasi, persediaan makanan, persediaan obat-obat, dan titik pengungsian.

Selain itu, pemerintah harus melakukan pendataan terhadap daerah rawan bencana dan cara penanganannya. Masyarakat juga harus paham aturan tentang tatacara membangun bangunan. Mulai dari batas aman hingga standar bangunan yang disesuaikan dengan lokasinya.

"Adaptasi terhadap lingkungan harus dilakukan dengan baik. Warga yang berada dalam daerah rawan harus siap, temasuk dengan mengamankan barang-barang berharga jika ada bencana," tandasnya. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan