Kedudukan Tobala, Pemimpin yang Menggantikan La Madaremmeng

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID — Arung Tanete Riattang, Tobala menggantikan Raja Bone XIII, La Madaremmeng pada November 1943.

Ada perbedaan antara sumber Bugis dan Makassar dalam terkait kedudukan Tobala yang sebenarnya.

Berdasarkan dua sumber utama Makassar dari periode ini, Tobala ditunjuk untuk menjadi kali, atau tokoh Utama Islam di sebuah kerajaan (Abdurrahim [t.t]:71; Ligtvoet 1880:16).

Di sisi lain, seluruh sumber Bugis menyebutkan secara khusus bahwa Tobala’ ditunjuk menjadi jennang atau seorang perwakilan.

Menurut Penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari sejarawan lokal, Karaeng Sumanna ditunjuk sebagai Raja Muda (Viceroy) Bone sementara [Tobala’] Arung Tanete Riawang [seorang anggota Aruppity] ditunjuk menjadi jennang (Sejarah Bone {t.t}:123).

Sejarawan Leonard Y Andaya menyebut perbedaannya terlihat nyata tetapi dalam kenyataannya agak samar Sultan dan kali sering berhubungan dekat dalam kerajaan Bugis-Makassar karena saling memperkuat peran yang dimainkan kedua jabatan ini.

Sultan di kerajaan Islam dianggap sebagai “Bayangan Tuhan di Muka Bumi”, dan karena itu kebesaran dan kedudukannya dipuji oleh pejabat-pejabat keagamaan di seluruh negeri hingga ke dusun-dusun yang kecil.

Kali, sebagai pemimpin spiritual organisasi Islam di kerajaan, merupakan sekutu berharga bagi Sultan.

Sebagai imbalan dari kesetiaan kali, Sultan meminjamkan kekuatan militer dan politiknya untuk mempertahankan agama.

Sejak dulu, nilai penting seorang kali yang setia, untuk mencapai keberhasilan, dianggap sama pentingnya dengan Sultan yang baik.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan