Catatan dari Debat Cawapres dan Ajakan Taubat Ekologis

  • Bagikan
Debat Cawapres malam ini.

Capres no. 3 tampil dengan baik. Walaupun pada berbagai kesempatan harus menghadapi “kenakalan remaja” yang terkadang menampakkan prilaku “childish” (kekanak-kanakan). Sang Professor pun harus kembali ke tabiat aslinya. Tidak mau dan tidak pantas merespon pernyataan (dalam bahasa Muhaimin) anak SD atau SMP. Bukankah memang panggung itu adalah panggung untuk membicarakan ide-ide besar policy (kebijakan) bangsa dan negara?

Karena kelakuan kekanak-kanakan yang tidak substantif dari cawapres Gibran itu Gus Muhaimin beberapa kali menyampaikan jeb-jeb bahkan tamparan keras kepadanya. Ketika menyinggung tentang catatan Muhaimin misalnya, hal yang boleh dan tidak melanggar aturan dan etika debat. Muhaimin menampar balik dengan mengatakan “saya catat sedikit. Yang penting ini bukan catatan Mahkamah Konstitusi” (merujuk kepada keputusan MK yang melanggar etika berat.

Pada bagian lain, yang saya yakin banyak yang memilki penilaian yang sama, adalah ketika menyinggung botol minuman Muhaimin dari plastik. Sementara sang cawapres lain memakai gelas dari kaca. Muhaimin tidak menggubris karena sama sekali tidak relevan dengan substansi debat cawapres. Muhaimin membawa air botol hanya karena tidak ingin mubazir air yang memang dibawanya dari awal.

Namun ketika cawapres no. 2 menanyakan tentang nikel dan lithium dengan menyebut LFP (Lithium Ferro Phosphate), nampaknya ingin tampil keren dan nampak cerdik. Kenyataanya tidak saja Muhaimin menjawab secara substantif, juga menampar lagi dengan mengatakan: “tenang pak Gibran. Semua ada etikannya. Kita debat di sini bukan tebak-tebakan istilah dan singkatan. Kita debat di sini mengenai kebijakan publk”.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan