FAJAR.CO.ID, JOGJAKARTA -- Masyarakat di wilayah kawasan Gunung Merapi diminta lebih waspada dengan aktivitas Gunung Merapi akhir-akhir ini. Bahkan, warga diminta kembali mengaktifkan ronda.
Imbauan itu disampaikan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Peringatan itu menyusul erupsi
Gunung Merapi yang terjadi pada Minggu (21/1) pukul 14.12 WIB. BPPTKG menilai, erupsi ini dianggap tidak seperti biasanya.
BPPTKG DIY menyebutkan kejadian yang dialami Gunung Merapi tersebut merupakan letusan atau eksplosif. Peristiwa tersebut berbeda dengan erupsi yang bersifat cenderung efusif atau lelehannya layaknya guguran lava atau awan panas guguran.
Kepala BPPTKG DIY, Agus Budi Santoso, mengatakan, erupsi eksplosif memiliki kolom. Namun, dalam kejadian tersebut tidak terdeteksi ketinggian karena kondisi cuaca saat itu puncak gunung sedang berawan dan hujan.
“Untuk kejadian yang pukul 14.12 WIB ada indikasi ke arah eksplosif. Namun karena di kategori kegempaan di laporan MAGMA tidak ada kategori erupsi, sehingga kami klasifikasikan menjadi letusan. Tercatat memiliki amplitudo 70 milimeter, berdurasi 239,64 detik tapi ketinggian kolom tidak teramati,” ucapnya, dilansir dari jawapos.com, Senin (22/1).
Usai diguyur hujan abu, aktivitas masyarakat di Kabupaten Boyolali telah normal seperti hari biasanya pada Senin (22/1). Kondisi jalan dan berbagai tempat telah bersih dari abu vulkanik Gunung Merapi.
Walaupun demikian, mengutip Antara, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Suratno, mengimbau masyarakat untuk tetap waspadai terjadinya bencana terutama tiga desa di Kecamatan Selo yang termasuk kawasan rawan bencana erupsi Gunung Merapi, yaitu Tlogolele, Klakah, dan Jerakah.