“Dunia usaha harus siap beradaptasi karena di tengah perlambatan ekonomi, sektor swasta lah yang semakin berperan. Namun kompetisi akan semakin ketat, karena berbagai pihak akan berusaha untuk ikut serta dalam investasi tersebut,” tukasnya.
Direktur Utama PT Sarana Mediktama Kemang -KMC Hospital ini mengharapkan pemerintahan saat ini dapat mewariskan pemilu yang damai di ujung kekuasaannya. Karena apabila transisi kepemimpinan menimbulkan kegaduhan dan konflik ini akan berakibat high cost economy bagi dunia usaha, dan ini amat tidak bagi citra pemerintah dan kesejahteraan masyarakat.
“Dunia usaha berharap pemerintah melakukan hal-hal baik untuk menjaga politik Indonesia dalam kondisi yang aman dan kondusif, “ ujarnya.
Sementara itu, Presiden Schroder Investment Management Michael Tjoajadi mengatakan investasi nasional akan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga Amerika Serikat (federal rate). Bila federal rate menciut, maka uang akan mengalir dari negara maju ke negara berkembang memberikan yang return yang lebih tinggi. Para pengusaha akan meminjam dana di negara maju dan akan dibawa di negara berkembang.
Namun karena kondisi geopolitik global dengan adanya perseteruan antar negara akan mengakibatkan high cost, uncertainty dan transfer antar negara yang semakin mahal.
“Krisis global bisa berdampak globalization menjadi deglobalization. Caterpillar dan Komatsu bisa saja membangun pabrik sparepart-nya di negara berkembang [kalau ada perang terus] untuk memenuhi kebutuhan konsumennya di negara-negara tersebut,” analisisnya.