Sementara itu Andi Muhammad Sadat, Phd mengingatkan bahwa digitalisasi industri menjadi solusi strategis bagi dunia usaha di tengah gambaran suram ketidakpastian ekonomi masa depan, apalagi volume perekonomian digital nasional merupakan yang terbesar di Asia setelah itu di peringkat berikutnya ada Vietnam, Thailand, Malaysia dan Singapura.
Berdasarkan data itu pula, ungkap Eks Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unhas ini, 70% penduduk Indonesia yang kurang lebih berjumlah 270 juta telah memiliki akses internet yang didominasi perangkat handphone. Sehingga dengan basis modal tersebut akan menjadi pijakan berimprovisasi menggerakkan nilai tambah ekonomi nasional yang lebih kreatif dan produktif.
“Masih banyak peluang ekonomi digital yang bisa kita lakukan dengan potensi besar tersebut. Masih banyak yang bisa kita kerjakan di tengah ketidakpastian, masih banyak inovasi yang bisa kita lakukan dengan kondisi geopolitik global hari ini. Kita jangan menari-nari di atas genderang [ketidakstabilan] yang diciptakan negara lain,” tegas Ketua Bidang Pengembangan Organisasi dan SDM Ikafe ini.
Sementara itu, Ketua Bidang Pengkajian Ilmiah dan Isu Strategis Ikafe Prof Wasiaturrahma, S.E., M.si mengutarakan pentingnya sinergi sektor rill dan sektor jasa keuangan untuk menggerakkan perekonomian dalam negeri. Dia mengatakan perlu regulasi yang lebih bersahabat bagi pelaku UMKM yang membuat akses mereka pada dunia keuangan dan perbankan semakin terbuka luas.
“Perlu reformasi sektor keuangan dan perbankan sehingga pertumbuhan ekonomi nasional semakin lebih baik di masa memdatang,” saran Guru Besar Bidang Ilmu dan Perbankan FEB Universitas Airlangga ini.