Penjelasan Gibran Soal Greenflation Dianggap Keliru, Disebut Tak Paham Pertanyaan Sendiri

  • Bagikan
Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini, terus ramai diperbincangkan di meja-meja perkopian mengenai pertanyaan Gibran Rakabuming kepada Mahfud MD soal solusi dari greenflation.

Seperti diketahui, pertanyaan Gibran tersebut tidak disertakan penjelasan sehingga moderator meminta Gibran menjelaskan lebih lanjut.

Menjawab soal greenflation yang dipertanyakan Gibran, Mahfud memaparkan perihal ekonomi hijau.

Merespons keributan terkait greenflation, Direktur Eksekutif CESS Ali Ahmudi Achyak memberikan komentar menohok.

Dalam videonya yang diunggah Jubir AMIN Mustofa Nahra, Ali menyebut Gibran tidak memberikan penjelasan yang tepat mengenai greenflation.

"Greenflation itu ada istilahnya, tapi penjelasan Gibran yang tidak tepat. Dan juga ternyata Paslon yang lain juga tidak paham," kata Ali dikutip Selasa (23/1/2024).

Dijelaskan Ali, dalam definisi yang benar mengenai greenflation apa yang dijelaskan Gibran tidak ada benarnya sama sekali.

"Dalam definisi yang benar, bukan seperti versi Gibran, adalah terjadinya kenaikan biaya dalam proses pengelolaan energi hijau karena adanya konversi dari pangan misalnya," Ali menuturkan.

Sebagai contoh, Ali memberikan gambaran minyak sawit yang sebelumnya dijadikan minyak goreng, pada akhirnya dijadikan biodisel.

Untuk diketahui, Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari berbagai macam bahan organik atau alami seperti minyak kelapa sawit, kedelai, jarak pagar, atau bahan organik atau alami yang tersedia lainnya.

"Anggaplah minyak sawit yang tadinya dijadikan minyak goreng akhirnya dijadikan biodisel, atau dari jagung, yang tadinya diolah jadi pangan kemudian diolah menjadi bioetanol," tukasnya.

Bioetanol, pada dasarnya adalah etanol atau senyawa alkohol yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme.

Bioetanol yang diperoleh dari hasil fermentasi bisa memilki berbagai macam kadar. Bioetanol dengan kadar 90-94 persen disebut bioetanol tingkat industri.

"Akhirnya kan biayanya menjadi meningkat, tidak lagi murah karena korporasi besar yang bermain," ungkapnya.

Dengan begitu, kata Ali, pertani tidak bisa lagi bersaing untuk menanam jagung dengan disuplai ke perusahaan-perusahaan energi.

"Pada akhirnya rusak pertanian. Para petani demo dan lain sebagainya, terjadi konflik antara pangan dan energi yang menyebabkan terjadinya peningkatan biaya energi yang kita sebut greenflation. Ini yang kita maksudkan," tandasnya.

Blak-blakan Ali mengatakan, kemungkinan besar putra sulung Presiden Jokowi itu juga tidak paham dengan apa yang dia pertanyakan.

"Cuma penjelasan dia itu, jangan-jangan tidak paham juga," kuncinya.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan