Cerita di Balik Prabowo Subianto ‘Gemoy’

  • Bagikan
Tangkapan layar saat Prabowo Subianto menjulurkan lidah di debat capres.

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menjelaskan asal-usul istilah "gemoy" yang melekat pada Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 2.

Saras menyatakan istilah tersebut bukan berasal dari TKN dan muncul setelah Prabowo menyatakan niatnya maju sebagai calon presiden.

Menurutnya, istilah gemoy muncul secara spontan di kalangan masyarakat karena melihat Prabowo menampilkan joget khasnya sebagai bentuk kegembiraan dan rasa lebih rileks dalam Pilpres 2024.

Saras menekankan bahwa Prabowo merasa tidak ada beban atau kerugian apapun, dan kegembiraannya terlihat melalui joget tersebut.

“Beliau (Prabowo,red) itu karena lebih rileks, nothing to lose (tidak akan rugi), enggak ada satu pun beban bagi beliau untuk harus dipilih, itu tidak. Beliau itu kalau dipilih ya alhamdulillah, kalau enggak dipilih ya sudah … kalau lagi rileks itu artinya suka, kalau gembira. Kalau rileks kan lebih gembira, kalau gembira, ya, bisa muncullah goyang-goyang,” tutur dia, dalam wawancara eksklusif bersama ANTARA yang dipublikasikan, Kamis, (25/1/2024).

Istilah gemoy kemudian diadopsi oleh TKN setelah melihat antusiasme positif di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Hal ini dianggap dapat membantu Prabowo menjangkau pemilih milenial dan gen Z.

Saras menegaskan bahwa penggunaan istilah gemoy tidak bermaksud memoles citra Prabowo atau pasangannya, Gibran Rakabuming Raka.

Menurutnya, tidak ada upaya untuk mengubah sosok keduanya menjadi sesuatu yang bukan mereka. Saras menepis anggapan bahwa TKN melakukan poling citra terhadap Prabowo dan Gibran.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan