Stadion Mattoanging yang dulunya menjadi markas kebanggaan salah satu tim kasta tertinggi sepakbola Indonesia, PSM Makassar, hingga kini kondisinya masih memprihatinkan.
Erfyansyah Sofyan, Makassar
Stadion yang sebelumnya dibongkar dan rencananya akan dibangun kembali kini tinggal wacana.
Eks markas PSM Makassar itu diketahui dirubuhkan pada 21 Oktober 2020 lalu. Pembongkaran Stadion Mattoanging diiringi niat membangunnya kembali menjadi fasilitas sepak bola berstandar internasional.
Bahkan, untuk kondisi Stadion Mattoanging yang sudah diratakan itu tidak tampak tidak terawat dan bisa disebut terbengkalai.
Padahal, Stadion yang terletak di jalan Opu Daeng Risadju itu dulunya merupakan stadion kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan.
Lokasinya yang berada di tengah-tengah kota dan menjadi markas kebesaran satu-satunya tim asal Sulawesi Selatan yang berlaga di kasta tertinggi sepakbola Indonesia. PSM Makassar menjadikan Stadion ini sangat berarti.
Melihat langsung kondisinya saat ini, Stadion Mattoanging tampak sangat miris. Sekitar lokasi stadion yang merupakan lapangan pertandingan sepak bola itu kini lebih pas dengan sebutan rawa-rawa.
Genangan air yang bisa dikatakan dalam di lokasi itu juga sudah ditumbuhi tanaman air seperti kangkung, rumput semanggi dan sebagainya.
Terlihat juga di sekitar lokasi masih ada beberapa reruntuhan tembok stadion yang dulunya berdiri kokoh. Namun, yang tersisa hanya puing-puingnya saja.
Masih di sekitaran Stadion yang dulu bising dengan teriakan-teriakan para suporter, kondisinya kini bak tempat sampah. Di mana ada beberapa peralatan rumah tangga yang dibuang atau terbengkalai di lokasi stadion tersebut.
Kemudian di sekitaran tempat berdiri kokohnya dulu tribune para suporter, kini terlihat lebih menyeramkan dengan rumput-rumput serta pohon-pohon yang tumbuh tinggi menjulang.
Ketika musim penghujan tiba, beberapa sisi Stadion Mattoanging itu menjadi genangan air yang ditinggali kecebong.
Lalu, untuk pintu gerbang yang dulu selalu digunakan sebagai akses masuk ke dalam Stadion kini sudah ditutup dan hanya satu jalur saja yang dibuka.
Gerbang lain yang sudah ditutup itu tampak menggunakan besi yang sudah berkarat atau menggunakan atap seng sebagai penutupnya.
Meski kini kondisinya sangat miris, aktivitas sepakbola di Stadion Mattoanging ini tidak mati.
Salah satu lapangan kecil yang dulunya diketahui sebagai tempat pemanasan, sampai saat ini masih digunkaan anak-anak yang berdomisili di daerah sekitar untuk bermain bola.
Tak jarang, lapangan kecil itu dijadikan sebagai tempat latihan untuk beberapa sekolah sepak bola (SSB).
Salah satu warga sekaligus pelatih SSB yang menggunakan lapangan kecil tersebut sebagai tempat latihan, Agussalim Abdullah, mengaku sangat sedih dengan kondisi Stadion Mattoanging saat ini.
“Saya merasa sangat sedih sangat-sangat sedih. Saya tidak tahu siapa yang harus disalahkan,” kata Agussalim Abdullah kepada Fajar.co.id, Jumat (26/1/2024).
Pria paruh baya itu pun mempertanyakan status dari Stadion Mattoanging, karena menurutnya alasan dulu stadion ini dirubuhkan memang untuk didirikan kembali.
“Dulu ini dirubuhkan untuk didirikan kembali, tapi kenapa begini,” sesalnya.
Parahnya lagi, Agussalim yang menggunakan lapangan kecil di lokasi Stadion Mattoanging ini harus membayar biaya penggunaan.
Padahal, kondisi lapangan tersebut sangat miris dengan rumput yang tidak terurus serta adanya beberapa lokasi yang tergenang air.
“Bayar juga, tapi untuk pembeli-pembeli rokok uang keamanan di sini,” ujarnya.
Anak-anak yang tergabung di SSB tersebut sangat menikmati memainkan si kulit bundar, meskipun tidak mendapatkan lapangan yang selayaknya.
Mereka bahkan terlihat lebih riang bermain dengan anak-anak sebayanya dan menikmati ketika terkena cipratan atau bahkan terjatuh di genangan air.
Kondisi Stadion Mattoanging ini sungguh sangat miris dan kini sudah tidak mendapatkan perhatian.
Rencana pembangunan itu pun harus ditunda karena anggaran tahun 2023 yang disiapkan sebesar Rp60 miliar akan digunakan untuk pemilu 2024 (pilkada, pileg, dan pilgub).
Sejak dibongkar, proses pembangunan stadion tersebut belum jelas kapan akan dibangun kembali hingga kini.
Sebenarnya, pada tahun 2022 lalu, Pemprov Sulsel menganggarkan pembangunan Stadion Mattoanging sebesar Rp59 Miliar, namun tidak terlaksana karena berbagai kendala.
Padahal, Stadion Mattoanging ini memiliki keangkerannya tersendiri, terkhusus bagi tim tamu yang datang ke markas PSM Makassar itu.
Stadion ini dulunya juga membawa kejayaan untuk tim berjuluk Juku Eja. Terakhir kali mereka raih gelar juara di Stadion ini terjadi ketika berhasil keluar sebagai juara Piala Indonesia tahun 2019.
Kini, Stadion Mattoanging tinggal puing-puing dan rawa. Meski ia dirubuhkan, tetapi kenangan para suporter PSM atau warga Makassar tidak akan pernah rubuh di ingatan. (Erfyansyah/Fajar)