Menang di Filipina dengan Joget Gemoy, Marcos Jr Terancam Digulingkan karena Ingin Mengubah Konstitusi

  • Bagikan
Marcos Jr

FAJAR.CO.ID -- Diduga ingin mengubah konstitusi, Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, mendapat ancaman dari mantan presiden sebelumnya, Rodrigo Duterte.

Duterte mengancam akan menggulingkan penggantinya ini setelah presiden dan sekutunya dituduh mencoba mengubah konstitusi agar dapat melanggengkan kekuasaan.

Ancaman Duterte, yang disampaikan dalam pidatonya pada hari Minggu, telah menandai rusaknya hubungan antara dua keluarga politik yang kuat di Filipina.

Terkait hal itu, banyak yang mengaitkan dengan kondisi politik tanah air. Seperti yang diutarakan dr Tifauziyah Tyassuma. Menurutnya, Marcos Jr yang merupakan anak Mega koruptor maju bertarung di Pilpres meskipun tidak memiliki gagasan yang mumpuni.

"Di Filipina Marcos Jr, anak mega koruptor, yang bodoh gagasan nihil duet dengan Duterte jr, anak Mantan Presiden, tukang mabuk," ujar Dokter Tifa dalam keterangannya di aplikasi X @DokterTifa (12/12/2023).

Dibeberkan Dokter Tifa, mirip dengan apa yang ditampilkan Prabowo-Gibran, mereka joget-joget gemoy dan pada akhirnya menang.

"Keduanya maju Capres dengan joget-joget gemoy, dan menang," ucapnya.

Yang terjadi di Filipina, kata Dokter Tifa, ekonomi mengalami kehancuran dan berujung kekacauan.

"Apa yg terjadi di sana? Ekonomi blangsak, negara kacau balau. Itu yang ditiru mbah Gemoy dan bocah karbit," tandasnya.

Dari informasi yang dihimpun, Filipina dilanda krisis ekonomi setelah pemilihan presiden yang kontroversial, di mana Presiden Bongbong Marcos Jr dan Wakil Presiden Sara Duterte.

Marcos Jr yang merupakan putra dari mantan Presiden Ferdinand Marcos yang dikenal dengan rezim otoriter dan korupsi besar-besaran, terpilih sebagai Presiden Filipina dalam Pemilihan Presiden yang diadakan pada bulan lalu.

Dia memilih Sara Duterte, mantan Wali Kota Davao yang seringkali dikritik karena tindakan kontroversialnya, sebagai Wakil Presiden.

Namun, sejak dilantik, Filipina menghadapi tantangan ekonomi yang luar biasa.

Krisis tersebut dipicu oleh kebijakan ekonomi yang tidak diramu dengan baik, korupsi yang terus berlanjut, dan ketidakstabilan politik yang semakin meningkat. (bs-sam/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan