FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Pengamat politik Unhas, Adi Suryadi Culla mengungkapkan sejumlah alasan mengapa politik uang tidak bisa hilang dari proses demokrasi di Indonesia.
Hal itu diungkapkan saat diskusi berseri yang diadakan fajar.co.id mengenai Pemilu Berintegritas dan Bermartabat: Politik Uang, Regulasi, dan Pengawasan, di Lantai 4 Gedung Graha Pena, Selasa (30/1/2024).
Menurut Adi, salah satu faktornya adalah masyarakat kini tidak percaya pada elit atau pejabat. Masyarakat cenderung kecewa dengan pemangku kebijakan akhirnya mereka tidak peduli lagi.
"Bahwa memang masif sekali sekarang ini (politik uang) kelihatannya tingkat kekecewaan masyarakat atau ketidakpedulian masyarakat semakin meningkat," katanya.
Adi menarasikan jika masyarakat Indonesia terkena dampak anomi. Artinya mereka tidak percaya lagi pada penegakan hukum yang ada. Sehingga politik uang sampai sekarang.
"Kenapa? Karena tingkat anomi aturan tidak percaya lagi masyarakat itu. Gambaran situasi kehilangan pegangan dan bingung sistem tidak dipercaya sangat lemah, itu terjadi dari tahun ke tahun,"ujarnya.
Paling parah kata Adi, adalah banyak ditemukan masyarakat yang terang-terangan menunggu politik uang atau biasa disebut dengan serangan fajar.
"Kemudian bersikap apa saja, bahkan ikut juga. Pragmatis, mereka justru kemudian memasang spanduk untuk menerima serangan fajar. Bahkan ada curhatan caleg yang berjalan ke daerah, setiap ke daerah masyarakat meminta apa yang diberikan oleh caleg," beber Adi.
Salah satu contohnya adalah pemerintah mempertontonkan praktik kecurangan tanpa adanya hukum yang jelas. Ini kemudian membuat kepercayaan masyarakat menurun.