Menengok Kondisi Terkini Makam Tujua Karebosi, Berjejer Rapi di Bawah Pohon Rindang

  • Bagikan
Makam Tujua ri Karebosi (Foto: Muhsin/Fajar)

Lapangan Karebosi, Makassar mulai direvitalisasi. Proyek itu disebut-sebut bakal menyulap Karebosi lebih cantik. Lalu, bagaimana nasib situs budaya di dalamnya?

Arya Nur Prianugraha, MAKASSAR

Langit hari itu tidak terlalu cerah, tidak juga mendung. Waktu yang pas berolahraga.

Seorang pelatih sepak bola anak, mengarahkan muridnya menendang bola satu per satu. Para anak mengambil ancang-ancang satu meter di belakang bola, lalu menendang sekuat tenaga.

“Itu anak saya,” kata seorang pria paruh baya, di pinggir lapangan mini itu. Menunjuk seseorang anak yang berlatih di lapangan yang berada di Kawasan Lapangan Karebosi.

Hari itu, Kamis, 25 Januari 2024. 21 hari setelah separuh kawasan seluas 11,29 hektare itu ditutup.

Namanya Faisal, 42 tahun. Warga Jalan Pamai, Makassar. Tiap sore, beberapa tahun terakhir, ia mengantar anaknya ke Lapangan Karebosi berlatih sepak bola.

“Dulu di sana selalu ada orang ziarah,” ujar Faisal. Berbalik. Memindahkan telunjuknya, dari anaknya ke sebuah pagar yang terbuat dari seng.

Pagar berwarna merah itu mengitari separuh Lapangan Karebosi. Tingginya satu setengah meter. “Harus izin kalau masuk sekarang”. Ditutup sejak 4 Januari.

Di dalam pagar itu, terdapat sebuah tanah lapang. Ada puluhan pohon, dan yang tidak diketahui banyak orang, ada tujuh gundukan tanah. Sebuah situs budaya yang disebut orang-orang Makassar sebagai Makam Tujua.

Letaknya berjejer rapi, seperti bershaf membentuk barisan. Berteduh di bawah pohon-pohon rindang.

Makam itu diyakini muncul sekitar abad ke-10 sampai 11. Saat Kerajaan Gowa berkuasa.

Saat itu, Kerajaan Gowa dilanda kekacauan. Terjadi perang dan kemarau berkepanjangan. Menyebabkan kekeringan dan kelaparan di mana-mana.

Kondisi itu berlangsung selama tujuh tahun. Sampai muncul hujan deras, disertai kilat dan petir.

“Pada tahun ke delapan, muncullah tujuh gundukan itu,” tutur Dosen Sejarah Universitas Negeri Makassar, Bahri.

Sejak saat itu, gundukan itu disakralkan. Sejumlah peziarah bahkan datang dari berbagai daerah untuk mengunjungi makam itu.

Kini, tidak ada yang boleh melintasi pagar seng merah itu tanpa izin PT Arkindo. Perusahaan pemenang tender revitalisasi yang ditarget selesai akhir 2024.

Nantinya, di atas tanah lapang itu bakal ada perbaikan dua lapangan sepak bola, dan empat lapangan futsal. Rumputnya akan diganti jadi sintesis.

Ada pula pembangunan Sky Treck. Tempat joging yang dibuat dengan desain melayang.

“Insya Allah tidak diganggu (Makam Tujua),” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Makassar, Andi Engka.

Revitalisasi itu, kata Andi Engka, sudah dipersiapkan rencananya secara detail dengan memperhatikan aspek lingkungan dan budaya.

“Itu kan sudah lama, jadi tidak bisa diganggu,” ujarnya.

“Jadi bagaimana dipelihara, ditata dengan baik, supaya menjadi salah satu unsur historis yang harus dijaga budayanya, local wisdomnya,” ucapnya.

Upaya mempertahankan situs bersejarah itu, diapresiasi Kepala Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Andi Herfida Attas. Ia bilang, pihaknya mendukung revitalisasi itu.

Apalagi, desainnya mempertimbangkan aspek budaya.

Melestarikan budaya, katanya memang bukan kerja satu dua orang. Tapi mesti melibatkan lintas sektor.

“Kita sebagai orang Makassar, mesti melestarikan bangunan-bangunan bersejarah, melestarikan kearifan lokal,” tandasnya. (Arya/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan