FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Misi Pemprov Sulsel dalam pengentasan stunting dan penanganan kemiskinan ekstrem dalam program peternakan. Pemberian bantuan ternak terhadap Rumah Tangga Miskin (RTM).
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel (Disnakeswan), drh Nurlina Saking mengatakan, Pemprov akan membagikan 30 ekor ayam kampung untuk tiap RTM. Tidak hanya itu, bahkan dilengkapi dengan pakan dan kandang.
"Sehingga diharapkan dalam satu bulan ayam ini sudah menghasilkan dan tidak membebani karena sudah memiliki hasil yang diperoleh dari ayam tersebut," ujarnya, kemarin.
Disnakeswan menargetkan pembagian bantuan ayam kampung ini untuk 1.500 RTM di Sulsel. Itu tersebar di 15 kabupaten/kota se-Sulsel.
Terkait kriteria RTM, Nurlina menyebut akan menyasar RTM berisiko stunting. Kriteria keluarga ini didahulukan untuk membantu gizi keluarga sekaligus menekan angka stunting di Sulsel.
"Bantuan RTM kita alokasikan ke 15 kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya tinggi. Jadi parameternya keluarga berpotensi stunting di atas 35 persen. Kan keluarga miskin kan banyak tapi kita susun paramaternya," sebut Nurlina.
Dengan bantuan ini, diharapkan agar masyarakat bisa mengonsumsi gizi dari ayam tersebut secara pribadi. Namun, juga dapat dijual, atau bisa kembali diternakkan sehingga populasi ayam itu meningkat.
Nurlina menyebut program ini jadi cara Disnakeswan mengangkat perekonomian masyarakat. Apalagi, ayam kampung bisa bertelur setiap bulan, lebih tepatnya tiga pekan sekali.
"Dalam satu bulan bisa dihasilkan. Kita dukung kandang, pakan dan obat dalam tiga bulan. Kita dukung juga dengan mesin tetas. Kita ingin support mereka bisa keluar dari garis kemiskinan. Mungkin belum seberapa tapi kita berharap pendapatan mereka bisa bertambah dari ayam kampung," ucapnya.
Program ini sedang disusun Disnakeswan Sulsel dan segera dijalankan. Di sisi lain, pendamping penyuluh peternakan juga sudah mulai mendapat pembekalan secara bertahap. Sehingga, nantinya ilmu terkait peternakan bisa diajarkan ke masyarakat.
"Telurnya nanti kan bertelur rata-rata 20-21 hari dalam satu bulan. Jadi 30 ekor, itu ada tiga pejantan supaya bisa menetas. Anggap 27 ekor, per ekor bisa 10 telur. Jadi 27 kali 10 butir, ada 270 butir telur sebulan," paparnya.
"Itu tidak termakan semua, jadi kita harap terbagi tiga ada dijual, dimakan dan ditetaskan," lanjutnya.
Telur yang dikonsumsi bisa untuk mencegah stunting pada anak. Sementara telur yang dijual bertujuan mengangkat ekonomi keluarga. Keluarga juga didorong untuk menyisihkan telur guna ditetaskan.
Sehingga populasi ayam kampung meningkat. Mesin penetas sudah disiapkan untuk dibagikan per kelompok.
"Mesin dibagikan per kelompok. satu kelompok 10 orang. Nanti satu desa, karena kelompoknya berbasis desa," sambungnya.(uca/yuk)