FAJAR.CO.ID -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 menurun dibanding tahun 2022 lalu. Meski pemerintah sudah mengucurkan bantuan sosial atau bansos hingga Rp476 triliun, tetapi gagal mendongkrak daya beli dan konsumsi rumah tangga masyarakat.
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat ekonomi Indonesia tahun 2023 hanya tumbuh sebesar 5,05 persen. Angka ini lebih rendah dibanding capaian tahun 2022 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,31 persen.
Melemahnya pertumbuhan ekonomi juga terlihat dari anjloknya konsumsi rumah tangga. Padahal, konsumsi rumah tangga memiliki andil cukup besar dalam perekonomian. Porsinya mencapai 53,18 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Konsumsi rumah tangga hanya tumbuh sekitar 4,82 persen (yoy 2023). Pertumbuhan ini lebih rendah bila dibanding capaian tahun sebelumnya sebesar 4,94 persen.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada dasarnya tetap tumbuh sebesar 4,47 persen pada kuartal IV-2023, tetapi tetap lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya yakni 5,05 persen.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV ini merupakan terendah sejak kuartal 2022 atau dalam tujuh kuartal terakhir.
Pemicu perlambatan konsumsi rumah tangga akibat melemahnya permintaan sejumlah kelompok pengeluaran, mulai dari makanan dan minuman, selain restoran serta pakaian dan alas kaki.
Pertumbuhan subsektor makanan dan minuman selain restoran yang tercatat sangat rendah, yakni hanya sekitar 2,56 persen pada kuarta IV-2023 atau terendah sejak kuartal III-2021.
Besarnya anggaran bantuan sosial atau bansos dari pemerintah, belum mampu mendongkrak tingkat konsumsi rumah tangga untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi. Padahal, pemerintah telah menggelontorkan anggaran jumbo untuk bansos pada 2023 lalu sebesar Rp476 triliun.