Yenni Wahid Ungkap 30 Persen Anggaran Proyek Strategis ke Kantong Koruptor, Ternyata Ini Penyebabnya

  • Bagikan
Yenni Wahid (tangkapan layar akun Youtube PDI Perjuangan)

FAJAR.CO.ID -- Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Yenny Wahid blak-blakan mengungkap sekitar 30 persen anggaran proyek strategis lari ke kantong koruptor. Yenni pun mengungkap penyebab suburnya korupsi di Indonesia.

Yenni Wahid menyinggung soal korupsi anggaran proyek strategis Indonesia saat menyampaikan orasi pada Hajatan Rakyat, Bogor, Jawa Barat, Jumat (9/2).

Hajatan Rakyat ini merupakan kampanye dukungan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Yenni berbicara di hadapan ribuan massa pendukung Ganjar - Mahfud yang memenuhi Stadion Pakansari Bogor.

Nah, di hadapan peserta kampanye Ganjar-Mahfud itu, Yenni mengungkap penyebab suburnya korupsi di Indonesia.

"Sekarang, 30 persen anggaran proyek-proyek strategis Indonesia larinya ke kantong koruptor. Kenapa ini bisa terjadi? Karena masih ada orang-orang yang ingin berkuasa hanya untuk memperkaya dirinya, keluarganya, dan kroninya. Ini harus kita cegah," kata Yenny.

Padahal, menurut Yenni, Indonesia sekarang menjadi negara besar. Bahkan, berada di dalam jajaran 20 negara terkaya di dunia.

Akan tetapi, ironi negara kaya ini, justru rakyatnya belum sejahtera. "Kenapa bisa begitu? Karena korupsi masih merajalela. Kita ingin Indonesia ke depan dipimpin oleh orang-orang yang mau berjuang untuk rakyat jelata. Kita mau Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang antikorupsi," tegas putri presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.

Yenny menambahkan, di negara demokrasi, seluruh rakyat berhak mendapatkan hal yang adil. Seluruh rakyat juga setara di mata hukum, meski anak Presiden sekalipun.

"Negara ini adalah negara demokrasi, dalam demokrasi semua rakyat berhak mendapatkan kesempatan untuk sejahtera. Dalam demokrasi, petani, nelayan, tukang ojek, dan anak presiden seperti saya itu sama dan setara kedudukannya di mata hukum dan negara! Tidak ada yang boleh diistimewakan," kata Yenni.

Oleh karenanya, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mencintai demokrasi. Pemimpin yang mau berjuang untuk rakyat.

Dia berharap pemimpin ke depan dekat dengan rakyat bukan dengan kalangan elite.

"Kita ingin, Presiden yang mau duduk lesehan bersama rakyatnya. Menginap di gubug-gubug reyot milik rakyatnya," ujarnya. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan