Film Dirty Vote Beber Alasan Satu Putaran Digaungkan, Zaenal Arifin Muchtar: Dua Putaran Membuat Risiko Kekalahan Menjadi Besar

  • Bagikan
Ilustrasi -- Debat kandidat Pilpres 2024, Minggu (7/1/2024). (Foto: Ricardo/JPNN.com)

Ia pun memberikan salah satu contoh dikotomi yang pernah terjadi di Indonesia yakni Kontek Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung kala itu.

Dalam penjelasannya, memang Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dan Djarot memenangkan paling atas, diikuti oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, serta kemudian Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Silviana.

Namun di putaran kedua apa yang terjadi, pasangan yang di dukung oleh Presiden itu harus kalah. Karena bersatu kekuatan dari dua lawan mereka sebelumnya.

"Kalau Anda lihat Pilkada DKI Jakarta, menurut data survei secara konstan sebenarnya pasangan Ahok dan Djarot yang kita ketahui didukung juga oleh Presiden Jokowi senantiasa secara konstan memenangkan posisi paling atas dari semua survei," tuturnya.

"Tetapi yang terjadi adalah putaran kedua keadaan tersebut berbalik, mengapa berbalik? karena bersatunya kekuatan pengkritik atau bersatunya kekuatan yang melawan orang yang paling teratas itu Anies dan AHY, seakan-akan memiliki angka penjumlahan antara jumlah suara Anies dan AHY pada saat itu," lanjutnya.

Hal ini tentunya juga mengancam pasangan capres nomor urut 02 setelah munculnya gerakan empat jari yang diduga penggabungan dari kedua paslon nomor urut 01 dan 03.

"Gerakan 4 jari itu seakan-akan menjadi tawaran seakan-akan menjadi simbol bahwa ke depan dalam Pilpres kali ini adalah penggabungan kekuatan 01 dan 03 melalui gerakan empat jari atau gerakan 04," terangnya. (Erfyansyah/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan