Apalagi, dalam pendistribusiannya, kerap melibatkan sejumlah menteri yang juga ketua umum parpol, bahkan presiden. ”Bansos bukan bantuan politik dan pejabat,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi, Feri mengatakan bahwa "Dirty Vote" merupakan bentuk kesadaran masyarakat yang tidak ingin pemilu dirusak dengan cara-cara yang curang. Merusak pemilu sama saja dengan merusak bangsa.
”Rezim yang menggunakan kekuasaannya harus tahu bahwa kekuasaan itu ada batasnya,” tegas dia kepada Jawa Pos (grup FAJAR). (Arya/Fajar)