FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Jelang pemilu 14 Februari 2024, masyarakat dihebohkan dengan munculnya film dokumenter berjudul Dirty Vote. Tak butuh waktu lama untuk film itu viral.
Pada awal penayangannya, 6 jam pertama telah ditonton lebih dari 600 ribu kali. Angka itu terus mengalami kenaikan. Dirty Vote sendiri berdurasi 1 jam 57 menit dan diunggah dalam kanal YouTube dengan nama yang sama dengan judul film.
Dirty Vote ini seakan mengungkap kecurangan-kecurangan yang terjadi pada masa-masa Pemilu dari tahun ke tahun sejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Lalu, kemudian, beberapa pihak justru menilai Dirty Vote ini sebenarnya bukan sebuah film dokumenter semata. Melainkan sebuah alat propaganda.
Hingga muncul istilah Dirty Vote vs Propaganda Vote. Lalu, apa sebenarnya arti kata propaganda ini.
*Pengertian
Jika dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata propaganda memiliki pengertian sebagai sebuah paham atau penerangan, pendapat dan lainnya sebagai yang menjadi salah dan benar.
Bisa jadi dikembanhlan dengan sebuah tujuan untuk meyalinkan orang lain untuk menganut atau mengikuti sebuah aliran, sikap dan arah tindakan tertentu.
Menurut Ralph D. Casey, propaganda merupakan sebuah usaha yang akan dilakukan secara sengaja dan sadar dalam menetapkan suatu sikap dan mengubah pendapat orang berkaitan dengan doktrin atau program pihak lain.
Tindakan ini menurut Ralph adalah tindakan dari berbagai lembaga komunikasi dengan tujuan penyebaran fakta berlandaskan semangat kejujuran dan objektivitas.
*Sejarah
Jika dilihat dari sejarahnya, propaganda dimulai di Eropa. Berdasarkan American Historical Association, propaganda dipakai sebagai akibat dari adanya kegiatan misionaris gereja katolik.
Tahun 1622, Paus Gregorius Xv menciptakan Kongresi dengan tujuan untuk Penyebaran Iman di Roma.
Ini dibentuk di bawah komisi para kardinal yang saat itu bertugas dalam mengatur seluruh urusan gereja di berbagai penjuru negeri dan menyebarkan iman di tempat tersebut.
Para imam perlu dilatih untuk mensukseskan misi mereka. Untuk itu, sebuah Kolase Propaganda dibentuk di Paus Urbanus VIII.
Jika dilihat dari asal usulnya, propaganda menjadi sebuah kata yang terhormat. Karena dulu digunakan untuk kegiatan keagamaan yang disosiasi dengan penuh penghormatan dari umat manusia.
Namun, seiring berjalannya waktu kata propaganda justru memiliki sentimen negatif yang erat dengan narasi ketidakjujuran, egois dan subversif.
*Tanda dan Alat Propaganda
Propaganda ini memiliki jangkauan yang sangat luas mulai dari tanda, simbol dan media untuk menyampaikan isi atau pesan didalamnya. Misal berbentuk kata, musik, gerak tubuh, postur, struktur, pakaian, tanda visual dan sebagainya.
Alat propaganda hari ini sangat banyak diantaranya hadirnya alat dan media elektronik, secara tertulis, audio visual dan mungkin saja organisasi media yang dilancarkan propagandis kontemporer.
Salah satu jenis propaganda yang mungkin relate dengan suasana pemilu hari ini adalah propaganda politik. Propaganda ini dilakukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
Propaganda politik dilakukan oleh pemerintah, partai politik dan kelompok kepentingan yang bertujuan untuk membentuk atau membina opini publik dengan tujuan mencapai tujuan politik.
Tujuan yang ingin dicapai dilakukan dengan sebuah pesan khusus berjangka pendek. Komunikasi dilakukan secara terencana dan sistematis.
Dilakukan dengan cara mensugesti guna mempengaruhi, membina, dan membentuk opini publik.
(Elva/Fajar)