FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Kenaikan harga beras membuat pemerintah bingung. Bulog mengaku stok melimpah, namun di pasar kosong.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Disperindag Sulsel Rahayu Juita Ghalib, menuturkan pihaknya sementara mempelajari terkait kenaikan harga beras beberapa pekan terakhir. Sebab Rahayu merasa ada kejanggalan terkait adanya gejolak tersebut.
"Informasi dari Bulog, ketersediaan beras masihaman. Jika dikatakan stok menipis di pasar, ini agak janggal," ucapnya, Minggu, 25 Februari.
Kemudian kata dia, laporan Dinas Pertanian bahwa hasil panen di 2023 itu mencapai tiga juta ton lebih, sementara kebutuhan konsumsi masyarakat Sulsel cuma sekitar 1,5 juta ton.
"Sehingga surplus banyak untuk beras, makanya kami sebenarnya agak bingung," ujarnya.
Pihaknya juga mendapatkan informasi di toko-toko ritail tidak ditemukan stok beras. Begitupun di pasar, stoknya menipis. Selain itu, kata dia, pihaknya mendapat informasi bahwa intervensi yang dilakukan Bulog selama beberapa bulan terakhir, justru tidak sampai ke masyarakat.
"Kami butuh satgas pangan yang turun memberikan jawaban mengapa
demikian," tegasnya.
Dinas Perdagangan Sulsel kata Rahayu sudah sering melakukan pasar murah untuk membantu menekan harga di pasaran.
"Tetapi itu kayaknya tidak cukup untuk penekanan inflasi. Satgas pangan harus turun langsung melakukan penyelidikan," tuturnya.
Konsisten Naik
Sementara di Kabupaten Bone, harga beras konsisten naik dan menyentuh Rp15 ribu per kg. Bone merupakan lumbung pangan Sulsel, meski demikian kondisi ini masih tetap berdampak.