Ganjar Kena Comeback Prabowo di TPS Butet, Burhanuddin Muhtadi: Bandwagon Effect

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 32 Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, pada Sabtu (24/2/2024) menjadi sorotan pasca-Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Pasangan calon nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, kena comeback oleh pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

TPS 32 Pakuncen tidak hanya dikenal sebagai tempat budayawan Butet Kertaredjasa, yang selama ini dikenal sebagai pendukung Ganjar-Mahfud, tapi juga menjadi titik perhatian karena perolehan suara yang mengejutkan.

Pada Pemungutan Suara awal saat Pilpres 2024 pada 14 Februari, pasangan Ganjar-Mahfud berhasil unggul.

Namun, hasil PSU menunjukkan hasil yang berbeda dari pemungutan suara sebelumnya.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyebut, itu merupakan bagian dari bandwagon effect.

Sekadar diketahui, bandwagon effect atau efek ikut-ikutan merupakan kecenderungan individu untuk memperoleh gaya hidup, perilaku, atau sikap tertentu karena semua orang melakukannya.

"Bandwagon effect. Warga di situ ingin ikut bagian dari pemenang," ujar Burhan dalam keterangannya di aplikasi X @BurhanMuthadi (28/2/2024).

Diungkapkan Burhan, saat penyelanggaraan PSU, dilakukan hasil perhitungan cepat. Hasilnya, memperlihatkan 02 unggul dari dua pasangan lainnya.

"Pada saat PSU dilakukan hasil quick count dan sirekap KPU sudah memperlihatkan 02 unggul," ucapnya.

Sementara pada Pilpres 14 Februari lalu, kata Burhan, hingga saat ini masih belum bisa dipastikan siapa yang unggul dari ketiga pasangan.

"Pada 14 Februari belum jelas siapa yang unggul. Juga bisa juga pemilih 03 tidak antusias datang pada saat PSU," tukasnya.

Menganggap pendidikan politik merupakan sesuatu yang penting, Burhan memberikan pencerahan terkait dengan perbedaan survei dan quick count.

"Survei pra pemilu random parameter. Sementara quick count itu parameternya fixed karena tinggal melaporkan hasil rekapitulasi suara," ulasnya.

"Lagipula tingkat awareness survei juga beda. Banyak masyarakat yang tidak tahu. Beda dengan quick count," sambung dia.

Dikatakan Burhan, hasil survei juga berbeda-beda. Mestinya, kata dia, survei pra pemilu punya bandwagon effect besar bagi Ganjar.

"Lah wong lebih dari setahun elektabilitasnya paling tinggi. Prabowo unggul kan relatif baru setelah November. Lebih jauh soal bandwagon effect," pungkasnya.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan