FAJAR.CO.ID, JAKARTA– Pemilu membawa dampak bagi kesehatan jiwa. Kecemasan dan depresi meningkat.
Kemarin, Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa merilis temuan. Sebanyak 16 persen masyarakat Indonesia usai pemilu 2024 mengalami kecemasan. Lalu 17,1 persen mengalami depresi.
Ketua tim peneliti dr. Ray Wagiu Basrowi menyebut di Amerika Serikat pada 2016 ditemukan fakta penduduknya mengalami gangguan kejiwaan setelah pemilihan presiden. Begitu juga yang terjadi di Filipina pasca pemilihan presiden Marcos Jr.
Dari dua fakta ini, Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa tergelitik untuk membuat penelitian untuk melihat apakah fenomena serupa terjadi di Indonesia juga.
“Ada temuan prevalensi kecemasan dan depresi di Indonesia pascapemilu lebih tinggi dibanding data hasil Riskesdas 2018 dan Direktorat Keswa Kemenkes 2022,” katanya.
Pada Riskesdas 2018 kecemasan dialami 9,8 persen masyarakat Indonesia. Lalu depresi dialami 6 persen masyarakat. Jika dibandingkan dengan studi kasus yang dimiliki Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, angka depresi dan anxiety meningkat pascapemilu.
Ray percaya diri penelitiannya valid untuk memotret masyarakat Indonesia. Sebab, secara metologis survei tersebut memiliki tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan margin of error 2 persen.
“Tingkat responden sebesar 1077 dengan usia 17 tahun ke atas atau yang sudah memilih,” ujarnya.
Responden dari 29 provinsi dan ada responden luar negeri. Provinsi yang banyak mengisi adalah Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Responden perempuan 77 persen.