Petani Tak Nikmati Kenaikan Harga Beras, Pupuk Langka Biaya Membengkak

  • Bagikan
Ilustrasi petani

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Kenaikan harga beras tak benar-benar dinikmati petani. Modal yang dikeluarkan sangat besar.

Memang ada kenaikan pemasukan. Namun dengan musim kemarau yang baru berlalu, mereka harus menambah ongkos demi mengairi sawah. Belum lagi pupuk yang kesulitan mereka dapat.

Saat ini, harga beras premium tertinggi mencapai Rp17 ribu per kg. Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) hanya Rp13.900 per kg. Beras medium yang HET-nya Rp10.900 per kg, sudah menyentuh harga Rp14.000 per kg.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Wajo Syahruddin mengatakan harga gabah memang menyentuh angka tertinggi sejak Indonesia merdeka. Yakni, di angka Rp8.000 per kg.

Akan tetapi, harga tersebut tidak sebanding dan sepadan dengan biaya produksi yang harus dikeluarkan pada petani. Sehingga, harga beras yang tinggi saat ini sama sekali tidak dapat dianggap sebagai harta karun bagi petani.

"Persoalannya biaya atau cost juga tinggi. Mulai dari biaya direct pompa, BBM, dicampur pupuk subsidi dan nonsubsidi, obat-obatannya juga mahal. Kalau yang harga Rp8 ribu produksi normal kami anggap masih untung. Karena gabah itu sebenarnya kalau tidak ada faktor X penurunan produksi, Rp5 ribu per kg itu sudah cukup," terang Syahruddin, kemarin.

Selain itu, faktor kemunduran puncak panen juga memengaruhi. Dampak yang diberikan oleh anomali cuaca sangat terasa. Bahkan, baru sekitar 20 persen lahan petani yang bisa panen. Sisanya, masih menjerit.

Yang masih bisa diharapkan untuk panen adalah daerah-daerah yang dilengkapi pompanisasi. Itu pun, tidak merata. Sehingga, hanya sebagian kecil saja saat ini merasakan sedikit keuntungan atas naiknya harga beras.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan