FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Siang itu di Jalan Toddopuli, langit sedang diselimuti awan hitam, beberapa warga masih sibuk berlalu-lalang di sekitar Masjid.
Kebetulan, saat penulis mengunjungi salah satu pasar hobi di Jalan Toddopuli, Kecamatan Panakkukang, warga Muslim baru saja melaksanakan ibadah salat Jumat.
Di pasar Hobi, tersedia banyak jenis hewan peliharaan yang diperjualbelikan. Mulai dari kucing, burung, hingga ikan hias.
Jumat sekitar pukul 14.18 Wita, suasana di Pasar Hobi masih sepi, terpantau di beberapa toko masih sunyi pengunjung.
Diakui salah seorang penjual ikan hias bernama Ancu (52), beberapa hari terakhir memang pengunjung di pasar hobi terbilang sepi.
"Biasa itu agak ramai kalau Sabtu sama Minggu," kata Ancu sambil merapikan tokonya.
Pria yang mengenakan kaos oblong putih itu bercerita, selama Corona pernah mewabah, pengunjung sontak merosot.
"Sebelumnya Corona, bagus pembeli (ramai)," cetusnya.
Menjual sejak 2005 di pasar hobi, Ancu mengaku merasakan betul pasang surut berkutat pada dunia ikan hias.
Karena pasar hobi di Jalan Toddopuli ini sudah cukup terkenal, disebutkan Ancu, terkadang ada beberapa pembeli yang datang langsung dari daerah.
"Biasa tiba-tiba ada pembeli dari daerah juga," Ancu menuturkan.
Sudah termasuk hobi dan menganggap berinteraksi dengan ikan hias bisa menghilangkan kejenuhan, menjadi bagian dari alasan Ancu terus bertahan.
Usaha ikan hias Ancu juga sudah cukup terkenal di kalangan pejabat dan pengusaha besar.
Salah satu buktinya, mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla pernah membeli ikan hias jenis Koi di tokonya.
Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 30 ekor langsung diborong oleh pengusaha tersohor di Indonesia bagian timur itu.
"Harganya Rp80 juta, saya yang antar langsung ke rumahnya di Jalan Haji Bau," sebutnya.
Memelihara ikan hias memang dikenal menjadi bagian dari hobi sebagian besar pejabat dan orang-orang elite. Dan, yang paling laku adalah ikan jenis Koi.
Hal itu disaksikan langsung Ancu selama puluhan tahun berkecimpung di dunia ikan hias.
"Karena kalau rumah pejabat biasa ada kolam di depan rumahnya," tandasnya.
Diakui Ancu, meskipun bukan pejabat tapi memiliki hobi yang sama, maka tidak berpikir banyak untuk merogoh kocek demi si manis Koi.
"Kembali lagi tergantung dari masing-masing hobinya," imbuhnya.
Meskipun masing-masing pedagang menjual jenis ikan yang sama dengan harga yang serupa, Ancu mengakui bahwa rezeki telah ditentukan secara takdiriah.
Keyakinan akan takdir rezeki membuat persaingan di pasar tersebut tidak terlalu intens.
Para pedagang menghargai satu sama lain dan lebih fokus pada pelayanan terhadap pembeli. (Muhsin/Fajar)