Sekretaris DPW PKB Sulsel, M Haekal memastikan partainya mendapat kursi di dapil Sulsel 2. Setelah mengumpulkan data, PKB mengungguli Golkar.
"Kami (PKB) dapat dan itu sudah kunci data itu karena sudah kami sandingkan dengan data internal dengan data KPU," katanya.
Haekal mengaku tak hafal jumlah suara yang diperoleh, namun ia memastikan angkanya di atas 100 ribu. Capaian ini kata dia diperoleh karena hampir semua kabupaten, PKB mendapat suara tinggi.
"Suara tertinggi itu Bone dan Bulukumba, kalau yang lainnya rata-rata hampir sama," ungkapnya mengakui bahwa caleg yang lolos masih petahana, A Muawiyah Ramly.
Analis politik Unhas, Andi Ali Armunanto menduga, gagalnya Golkar meraih dua kursi akibat ketatnya persaingan. Khususnya gerakan Gerindra yang sangat eksistensifitas, sehingga mengganggu Golkar.
Gerindra dinilai menghancurkan basis-basis suara.
Bone misalnya kata dia, dengan masuknya A Amar Ma'ruf (putra Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman) membuat suara Fashar Padjalangi bersaudara dan ponakannya hancur.
"Andi Rio hancur (tumbang,red), Fashar hancur, dan Yaqkin Padjalangi hancur," katanya.
Gerakan Gerindra dinilai memang tampak berdampak ke Golkar. Sebab PKS, walaupun petahananya juga tumbang, tetapi ada Ismail Bachtiar yang lolos.
"Dan kalau diperhatikan suaranya tidak terlalu jauh dengan pencapaian yang kemarin (Pemilu 2019). Malah suara PKS bertambah," katanya.
Lolosnya Muawiyah Ramly ini kata dia menegaskan bahwa PKB tidak terlalu terganggu di Bone. Tetapi kalau melihat Golkar, itu tumbang di mana-mana. Kemudian jika dilihat perolehan suaranya itu tidak terlalu jauh antara NH, Supriansa, dan Taufan Pawe. Meskipun jika digabung cukup besar.