Semua Tergantung Mindset, Perjalanan Inspiratif Seorang Perempuan Ahli Taekwondo

  • Bagikan

Fajar.co.id, Bogor -- Nurul Lovita Sari, biasa dipanggil dengan nama Lovita atau Lope. Dia merupakan sosok inspiratif, yang mendapatkan beragam medali mulai dari perunggu, perak, hingga medali emas.

Lovita Lahir di Kota Bogor, 20 Januari 2003, Jawa Barat. Lovita dapat menginspirasi setiap anak bangsa, karena di usianya yang baru 21 tahun, namun sudah memperoleh banyak medali dan sudah memasuki puncak internasional dalam karier taekwondonya.

Lovita merupakan salah satu mahasiswa aktif pada jurusan Teknologi Informasi di Universitas Amikom Yogyakarta. Karier taekwondo yang dimilikinya, memberikannya kesempatan beasiswa untuk berkuliah di Universitas tersebut.

Lovita memiliki latar belakang pendidikan lulusan dari SMK Wikrama Bogor, dan SMPN 1 Ciawi. Sosoknya yang menginspirasi, ternyata pernah masuk kelas unggulan ketika SMP, Ia sangat produktif mengikuti banyak kegiatan positif, semasa ia duduk di bangku sekolah. Salah satu kegiatan positif yang diikutinya antara lain, mengikuti organisasi, menjadi remaja masjid, mengikuti ekstrakurikuler, dan mengikuti lomba debat.

Awal Perjalanan Karier Taekwondo

Perjalanan karir taekwondo seorang Nurul Lovita Sari, dimulai ketika awal masuk sekolah menengah pertama. Pada saat itu ada demo ekstrakurikuler taekwondo. Menurutnya olahraga taekwondo sangat keren. Namun, pada awalnya keinginan Lovita ditentang sang mama, karena mamanya berpikir bahwa Lovita merupakan anak yang cengeng. Siapa sangka? Kini sosoknya dapat menginspirasi banyak orang dan mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya.

Tentu dalam karier taekwondo, Lovita memiliki sosok yang menginspirasinya, dan menjadi alasan mengapa ia memilih taekwondo sebagai olahraga yang disukainya. Sosok tersebut merupakan karakter anime bernama Haruno Sakura.

Lovita sangat mengagumi sosok tersebut karena ingin serba bisa dan kuat seperti Haruno Sakura. Sosok lainnya yang menginspirasi adalah atlet taekwondo yang berasal dari Turki bernama Kubra Dagli.

Lovita mengikuti ekstrakurikuler taekwondo dan berlatih secara diam-diam, sampai pada akhirnya sang mama akhirnya mengetahui dan menyetujui lembar pendaftaran.

Ia berlatih dari mulai sabuk putih, sabuk kuning, sabuk hijau, sabuk biru, sabuk merah, dan sabuk hitam. Ketika level taekwondo Lovita berada di sabuk kuning, dia bersama teman-temannya mengikuti kompetisi, meskipun hanya mencoba.

Saat itu, keberuntungan belum berpihak pada Lovita, sehingga mengalami kekalahan pada kompetisi pertama.

Tekad yang dimiliki Lovita sangat besar dan kuat, sehingga ia tetap berlatih dengan durasi latihan setiap hari, dibantu oleh teman sesama taekwondonya. Latihan itu membuahkan hasil pada kompetisi yang kedua, lovita berhasil memperoleh juara 2 dan mendapatkan medali perak.

Lovita mengikuti berbagai kompetisi, jika dijumlahkan kompetisi yang diikuti oleh lovita sebanyak 13 kompetisi. Meskipun kompetisi yang diikuti ada kalah dan ada menang, lovita berhasil membawa medali emas dalam 2 kompetisi, dan termasuk kategori internasional.

Kompetisi terakhir yang diikuti oleh Lovita, bernama Yogyakarta Internasional Open Gate 2023. Lovita berhasil memperoleh emas, dan mewakili indonesia.

Membagi Waktu Cara Lovita

Semasa sekolah, Lovita membagi waktunya di antara kehidupan pribadinya, dengan karier latihannya.

Ketika lovita berada di sekolah menengah pertama, Ia membagi waktunya Seperti pada waktu pagi sampai siang hari waktunya Lovita untuk bersekolah, sementara pada waktu sore hari adalah waktu yang digunakan untuk berlatih taekwondo, dan waktu malam hari digunakan untuk mengerjakan tugas dan istirahat.

Kemudian, ketika memasuki sekolah menengah kejuruan, pada waktu pagi sampai sore hari digunakan untuk bersekolah, dilanjut dengan mengikuti organisasi.

Pada malam hari, ia gunakan waktunya untuk berlatih taekwondo, namun tidak hanya pada malam hari, ketika hari minggu tiba, hari tersebut digunakan untuk berlatih taekwondo. Hal tersebut melelahkan tentunya. Namun, Lovita merupakan seseorang yang menghargai waktu. Sehingga menurutnya, jika sudah waktunya untuk istirahat, Lovita tidak lagi memegang handphone untuk digunakan kembali.

Menurutnya, pemikiran yang positif atau mindset yang positif juga memengaruhi bagaimana kita di Masa Depan.

Memasuki dunia perkuliahan, Lovita kesulitan untuk membagi waktu diantara perkuliahannya, maupun ketika latihan, ditambah lagi kesibukannya yang menjadi asisten dosen di universitas tersebut. Ia berlatih seperti biasanya, hanya di hari Rabu dan Sabtu.

Lovita mengikuti organisasi taekwondo, sehingga ketika ada kompetisi, ia berlatih lebih fokus dan sering, serta berlatih secara mandiri. Namun ketika tidak ada kompetisi, fokusnya beralih untuk berkuliah seperti biasanya.

Perlunya Mental dan Fisik yang Stabil

Pada kompetisi tentu ada menang dan kalah, ketika menghadapi kekalahan, Lovita hanya bersedih sebentar, kemudian bangkit untuk latihan lebih giat lagi dari yang sebelumnya. Selain latihan untuk memperkuat fisik dalam kompetisi yang akan datang, rasa khawatir dan negatif thingking, kerap kali terlintas ketika mendekati kompetisi.

Lovita memiliki pelatih yang kebetulan di bidang psikologi, sehingga sang pelatih dapat memberikan sedikit motivasi dan semangat. Selain itu, Lovita pasti membeli ice cream sehari sebelum kompetisi bersama orang terkasih, untuk meredakan kekhawatirannya.

Mengatasi Tantangan yang Datang Menghampiri

Ketika mengikuti kompetisi, kaki Lovita pernah mengalami cedera sebelum pertandingan dimulai. Pada akhirnya, kaki yang cedera dibalut menggunakan perban elastis, dan pertandingan tetap dilaksanakan. Lovita mengikuti pertandingan menggunakan teknik yang ada di taekwondo. Hal tersebut dapat membuat cedera yang dialaminya tidak semakin parah.

Harapan dan Cita-Cita

Lovita berharap dapat bertanding di Korea, dan memperoleh medali emas. Berharap tingkatan level taekwondo yang dimilikinya naik menjadi master. Dia bercita-cita memiliki tempat latihan sendiri.

Harapan lain selain karier taekwondo, Lovita berharap menjadi animator Indonesia terkenal, dengan tujuan ingin memajukan animasi yang ada di Indonesia.

Moment Tak Terlupakan

Memori yang tidak terlupakan adalah ketika memperoleh emas untuk pertama kalinya, dan pada saat itu Lovita berada di bangku sekolah menengah kejuruan. Momen tersebut membuatnya terharu karena tidak menyangka akan memperoleh medali emas.

Kemudian dia bersujud sebagai tanda syukurnya terhadap maha kuasa, dan pada saat itu keluarganya datang untuk memberi dukungan kepada lovita, sehingga suasana pada saat itu penuh dengan tangis kebahagiaan dari keluarga dan kerabat yang datang.

Pesan dari Lovita, semua tergantung mindset. "Apabila kita berpikir semua akan melelahkan, maka hal itu akan jadi melelahkan. Namun, apabila kita berpikir positif bahwa semua dapat dijalani dengan mudah, maka akan terasa mudah juga dalam mengejar mimpi," katanya.

Lovita juga berpesan agar pergunakanlah waktu sebaik mungkin, pemilihan kita terhadap apa yang kita lakukan di waktu-waktu tertentu, itu yang akan mengubah masa depan kita. "Kemudian, jangan pikirkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Jika orang lain mengatakan bahwa kamu tidak bisa, maka teruslah mencoba sampai kamu bisa," sarannya. (*)

(Penulis: Yumna Siti Nur ’Aini, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, IPB University)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan