“Jadi kalau saya sih menilai mereka itu menggulirkan hak angket ini hanya cari-cari alasan, agar mengulur-ulur waktu. Nah hak angket juga ada biayanya menggunakan uang negara juga, kan bayar anggota DPR. Ada dua kalau mau mengulang pilpres itu, pertama hak angket harus ada uang, tetapi kalau uangnya dari PDIP yang mengusulkan hak angket tidak ada masalah,“ sambungnya.
“Dan kedua mau pemilu 100 kali pun mereka tidak akan bisa mengalahkan pasangan Prabowo-Gibran yang menang di atas 57 persen. Bahkan, ada beberapa PSU di beberapa daerah Prabowo-Gibran tetap menang dan Ganjar-Mahfud tetap kalah telak,” bebernya.
Jerry pun meminta agar Capres 01 dan 03 ikuti alur undang-undang yang ada yakni menggugat hasil Pilpres 2024 di Bawaslu dan Mahkamah Konstitusi (MK) sebagaimana diatur dalam undang-undang. Namun, Jerry Massie pesimis mereka akan menang karena hasil pilpres saat ini semuanya dihitung manual yakni dari C1.
“MK akan bertanya berapa persen selisih, kan sekarang selisihnya 17% banding 58%, ini tidak masuk akal kalau digugat. Kalau Prabowo hanya unggul 51% atau 50% sekian itu barangkali masih masuk akal beda tipis. Suara Anies dan Ganjar digabung hanya mentok 45-46% tidak mencukupi, kecuali mereka gabung berdua dan suaranya naik 49% sekian beda selisih 1%, itu baru bisa,” jelasnya lagi.
“Kalau di Georgia, Amerika itu memang selisih satu persen itu diulang. Pengulangan ini dibiayai oleh pajak rakyat tapi kalau untuk pengulangan di Nevada itu melalui pengadilan jadi beda. Jadi sekali lagi, kalau beda selisih satu persen masih boleh lah tapi kalau puluhan persen itu bahkan puluhan juta suara itu mustahil lah,” pungkasnya. (*)