Untuk mengatasi masalah iklim itu, ada beberapa strategi yang dilakukan Kementan. Di antaranya adalah upaya pompanisasi air sungai untuk lahan sawah tadah hujan. Upaya ini penting, karena lahan sawah tadah hujan sangat sensitif terhadap iklim.
Jika tidak ada hujan dan tanpa pompanisasi, mereka tidak bisa menanam padi.
Meskipun begitu Amran mengatakan kebutuhan beras Maret hingga Mei nanti masih dalam kondisi aman.
’’Kekhawatiran kami adalah stok beras pada Juni sampai Oktober,’’ katanya.
Amran mengatakan ketersediaan stok beras pada Juni hingga Oktober itu terkait dengan luas tanam pada Februari lalu.
Pada periode 2015-2019 lalu luas tanam padi di Februari mencapai satu juta hektare lebih. Sedangkan pada 2023-2024 ini susut tinggal 810 ribuan hektar saja.
Ketua Komisi IV DPR Sudin menegaskan bahwa program peningkatan produksi beras itu harus didukung. Dia mengingatkan, program pendukung untuk meningkatkan produksi beras itu harus dikawal.
’’Saya kritisi sedikit. Urusan pupuk bersubsidi di bawah masih sering gaduh,’’ katanya.
Di antaranya adalah ketentuan cukup menunjukkan KTP, tetapi aturan di lapangan berbeda-beda. Sehingga membuat petani bingung.
Terpisah, pantauan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa harga beras pada minggu pertama Maret mengalami kenaikan 3,06 persen dibanding rata-rata harga pada Februari 2024.
’’Namun demikian, jumlah wilayah yang mengalami kenaikan harga beras pada minggu pertama Maret sedikit menurun dibanding Februari, yaitu terjadi di 75,28 persen wilayah Indonesia,’’ ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, kemarin.